Bagi sebagian orang, perjalanan melawan COVID-19 belum benar-benar berakhir meski sudah sembuh. Inilah yang dikenal dengan istilah long COVID atau post-COVID conditions (PCC) — sebuah kondisi ketika berbagai gejala muncul atau menetap empat minggu atau lebih setelah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
Gejalanya tidak hanya satu atau dua, bisa lebih. Ada yang terus terasa sejak pertama sakit dan tak kunjung hilang, ada yang sempat reda lalu muncul lagi, atau bahkan gejala yang baru muncul padahal sebelumnya tidak ada. Masa berlangsungnya pun berbeda-beda, bisa beberapa minggu, berbulan-bulan, atau bahkan menahun.
Bagi sebagian orang, long COVID bukan hanya sekadar rasa tidak enak badan. Gejalanya bisa ringan, tetapi bisa juga cukup parah sampai menyulitkan untuk beraktivitas.
Menariknya, long COVID tidak hanya menyerang orang-orang yang dirawat di rumah sakit atau mengalami gejala berat. Orang yang dulunya cuma terkena COVID-19 ringan, atau bahkan nyaris tanpa gejala, juga bisa mengalaminya. Karena kasus COVID-19 ringan jauh lebih banyak, maka angka long COVID pun didominasi oleh kelompok ini.
Baik orang dewasa maupun anak-anak bisa mengalami long COVID. Namun, para peneliti menemukan bahwa kasusnya memang lebih banyak terjadi pada orang dewasa. Sejauh ini, para ahli belum benar-benar sepakat berapa banyak orang yang bisa terkena long COVID, tapi beberapa penelitian memperkirakan angka kejadiannya berkisar antara 5–30 persen dari total kasus COVID-19.
Long COVID mengingatkan kita satu hal: meski tes sudah negatif, perjalanan pemulihan kadang tidak selesai di situ. Tetap waspada, peka pada tubuh sendiri, dan jangan ragu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan bila gejala terus berlangsung.