Suntik KB memengaruhi setiap orang secara berbeda dan dapat menyebabkan sejumlah efek samping. Kenaikan berat badan dan perubahan siklus menstruasi adalah efek samping yang paling umum.
Beberapa orang yang mendapatkan suntik KB melaporkan periode menstruasi menjadi lebih ringan dari waktu ke waktu, atau benar-benar berhenti setelah beberapa bulan penggunaan. Efek ini dikatakan aman.
Namun, beberapa orang mungkin memiliki periode menstruasi yang lebih lama dan lebih berat. Bercak, atau perdarahan di antara periode menstruasi, juga umum terjadi.
Efek samping lain yang mungkin terjadi termasuk:
- Sakit kepala.
- Sakit perut, kembung, dan mual.
- Pusing.
- Perasaan gugup, cemas, atau mudah tersinggung.
- Penurunan gairah seks.
- Nyeri payudara.
- Jerawat.
- Hot flash.
- Insomnia.
- Rambut rontok.
- Depresi.
Orang yang penunjukan seks saat lahirnya dinyatakan sebagai "perempuan" (assigned female at birth) dapat menggunakan KB suntik untuk mencegah kehamilan saat menjalani terapi hormon yang menegaskan gender, seperti testosteron.
Kontrasepsi suntik ini juga memiliki penggunaan di luar label sebagai penghambat pubertas yang lebih terjangkau, meskipun para ahli menganggapnya kurang efektif daripada obat analog GnRH standar yang digunakan untuk menekan pubertas pada remaja transgender.
Suntikan itu sendiri belum disetujui sebagai pengobatan terapi hormon, meskipun hasil studi kecil tahun 2019 yang mengeksplorasi efeknya pada perempuan transgender menunjukkan bahwa itu dapat membantu menurunkan testosteron dengan sedikit efek samping. Di antara 39 perempuan yang menerimanya, 11 melihat lebih sedikit rambut wajah, sementara 26 melihat pertumbuhan payudara.
Ibu menyusui masih bisa mendapatkan suntikan. Ini aman digunakan saat menyusui dan ini tidak akan memengaruhi bayi maupun jumlah ASI yang dihasilkan.
Apabila sedang memberi ASI eksklusif, ibu disarankan untuk menunggu hingga enam minggu setelah melahirkan untuk menerima dosis pertama, atau untuk lebih jelasnya konsultasikan dengan dokter.