Sebuah penelitian dari Ohio State University (OSU), Amerika Serikat, membuka babak baru dalam memahami hubungan antara pola makan dan kesehatan mental. Studi ini menemukan bahwa diet ketogenik (diet keto) dapat membantu meredakan gejala gangguan depresi mayor, terutama pada kalangan anak muda.
Penelitian perintis ini melibatkan 16 mahasiswa yang sudah menjalani pengobatan dengan obat, konseling, atau kombinasi keduanya. Selama 10–12 minggu, mereka mengikuti pola makan keto. Hasilnya, skor depresi turun hingga 70 persen! Bukan hanya itu, para peserta juga merasakan peningkatan dalam kesejahteraan secara keseluruhan, fungsi kognitif, bahkan sedikit penurunan berat badan.
Temuan ini, yang dipublikasikan pada 10 September dalam jurnal Translational Psychiatry, menunjukkan bahwa nutritional ketosis, yaitu kondisi ketika tubuh menggunakan keton sebagai sumber energi utama, bisa menjadi terapi pendamping untuk depresi. Namun, para peneliti menekankan perlunya studi klinis berskala lebih besar untuk memastikan manfaat ini.
Menariknya, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terapi standar berupa obat atau konseling biasanya hanya mampu menurunkan gejala depresi sekitar 50 persen dalam periode yang sama. Itu sebabnya, capaian 70 persen dalam studi ini dianggap luar biasa.