Dismissive Avoidant Attachment, Masalah Keterikatan dalam Hubungan

Dismissive avoidant attachment merupakan salah satu bentuk gaya keterikatan yang merasa tidak aman (insecure). Ini ditandai dengan kurangnya keinginan untuk membangun hubungan emosional dengan orang lain.
Kendati individu tipe ini cenderung tidak mempercayai orang lain, tetapi di satu sisi dirinya memiliki harga diri yang tinggi. Selain itu, orang dengan dismissive avoidant attachment melihat diri sendiri secara positif.
Dismissive avoidant attachment menjadi label bagi mereka yang mencoba menghindari hubungan emosional, keterikatan, atau kedekatan dengan orang lain. Ini biasanya tidak mengejar hubungan romantis, malahan secara aktif menghindarinya.
1. Sejarah singkat teori keterikatan
Gaya keterikatan didasarkan pada teori keterikatan. Teori ini merupakan gagasan yang membagi tipe hubungan menjadi bermacam-macam gaya keterikatan. Tokoh di balik teori keterikatan adalah seorang psikolog Inggris John Bowlby. Ia percaya bahwa cara kita terhubung dengan orang lain didasarkan pada waktu pembentukan pada masa kanak-kanak.
Teori keterikatan diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yakni:
- Secure: Dianggap paling fungsional dalam hubungan orang dewasa. Orang yang terikat secara secure (aman) dengan orang lain mampu membentuk ikatan yang erat dan memberikan kepercayaan. Dalam praktiknya, orang-orang akan mencari dukungan orang lain dan tidak ragu berbagi perasaan.
- Anxious: Orang dengan gaya keterikatan anxious mengalami kecemasan tentang hubungannya dengan orang lain. Tidak jarang pola keterikatan menjadi ketergantungan hingga memburuk dalam situasi stres.
- Avoidant: Orang tipe ini mencoba untuk tidak dekat dengan orang lain. Mereka sering kali menghindari keintiman. Selain itu, mereka kesulitan dalam mengidentifikasi diri sendiri secara lebih positif.
Dismissive avoidant attachment dapat dikatakan sebagai model keterikatan ketika seseorang mencoba untuk tidak bergantung pada orang lain atau membuat orang lain bergantung padanya.