Hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkan sebagian besar epilepsi. Dokter mungkin akan meresepkan obat antiepilepsi atau antiepileptic drugs (AED) untuk membantu mencegah kejang. Bila obat ini tidak efektif, beberapa pilihan potensial lainnya bisa berupa pembedahan, stimulasi saraf vagus, atau pola makan khusus.
Tujuan pengobatan epilepsi sendiri adalah untuk mencegah kejang lebih lanjut. Dokter juga ingin mencegah efek samping sehingga pasien dapat memiliki hidup yang tetap aktif dan produktif.
Obat-obatan antiepilepsi
AED bisa mengontrol kejang pada sekitar 60–70 persen kasus, menurut American Epilepsy Society. Jenis kejang yang dimiliki pasien akan menentukan obat spesifik mana yang akan diresepkan oleh dokter.
Biasanya AED dikonsumsi secara oral. Beberapa obat yang umum diresepkan meliputi valproic acid, carbamazepine, lamotrigine, dan levetiracetam.
Penting untuk diketahui bahwa beberapa obat dapat mencegah kejang pada satu pasien tetapi tidak pada pasien lain. Juga, bahkan ketika seseorang menemukan obat yang tepat, mungkin perlu beberapa waktu untuk menemukan dosis yang ideal.
Operasi
Apabila setidaknya dua obat tidak efektif dalam mengendalikan kejang, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi. Sebuah studi menemukan bahwa 62 persen orang dewasa dan 50 persen anak-anak dengan epilepsi tidak mengalami kejang selama sekitar 7 tahun setelah operasi epilepsi (Neurology, 2013).
Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, beberapa pilihan operasi untuk epilepsi di antaranya:
- Lobektomi: Ahli bedah akan mengangkat bagian otak tempat kejang dimulai. Ini adalah jenis operasi epilepsi tertua.
- Transeksi subpial multipel: Ahli bedah akan membuat beberapa pemotongan untuk membatasi kejang pada satu bagian otak.
- Corpus callosotomy: Ahli bedah akan memotong koneksi saraf antara dua bagian otak. Ini mencegah kejang menyebar dari satu sisi otak ke sisi lain.
- Hemisferektomi: Dalam kasus ekstrem, ahli bedah mungkin perlu memotong belahan otak, yang merupakan setengah dari korteks serebral otak.
Bagi sebagian pasien, operasi dapat mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan kejang. Namun, sering kali penting untuk terus minum obat antikejang selama beberapa tahun setelah prosedur.
Pilihan operasi lainnya adalah pemasangan alat di dada untuk merangsang saraf vagus di leher bagian bawah. Perangkat mengirimkan stimulasi listrik terprogram ke otak untuk membantu mengurangi kejang.
Pola makan
Pola makan mungkin berperan dalam mengurangi kejang. Sebuah tinjauan menunjukkan bahwa pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat dapat bermanfaat bagi anak-anak dan orang dewasa dengan epilepsi (Neurology, 2014).
Lima studi dalam ulasan menggunakan diet ketogenik, sementara lima lainnya menggunakan diet Atkins yang dimodifikasi. Makanan khas dalam diet ini termasuk telur, bacon, alpukat, keju, kacang-kacangan, ikan, serta buah-buahan dan sayuran tertentu.
Tinjauan tersebut menemukan bahwa 32 persen peserta studi yang mengikuti diet ketogenik dan 29 persen partisipan yang mengikuti diet Atkins yang dimodifikasi mengalami setidaknya penurunan 50 persen dalam keteraturan kejang. Namun, banyak peserta yang kesulitan mempertahankan pola makan tersebut.
Pola makan tertentu mungkin bermanfaat dalam beberapa kasus, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasinya.