ilustrasi mengemudi mobil (unsplash.com/Gabe Pierce)
Dilansir Verywell Health, ada beberapa masalah yang bisa terjadi akibat auto-brewery syndrome. Selain gejala yang tidak menyenangkan, penderitanya mungkin mengalami masalah sosial dan hubungan.
Orang-orang di sekitarnya mungkin menganggap orang dengan sindrom langka ini adalah peminum berat.
Menurut sebuah studi kasus dalam International Journal of Clinical Medicine tahun 2013, seorang gadis usia 13 tahun dengan auto-brewery syndrome dianggap menunjukkan gangguan perilaku remaja, termasuk gejala keracunan dan bantahan bahwa dirinya minum alkohol. Namun, setelah ia dimasukkan ke program rehabilitasi dan tidak ada akses terhadap alkohol, ia tetap menunjukkan gejala dan tanda mabuk.
Beberapa orang bahkan mendapat masalah karena dianggap mengemudi dalam keadaan mabuk karena alkohol mungkin muncul pada tes breathalyzer. Misalnya, ada studi kasus tentang seorang laki-laki berusia 40-an diberhentikan oleh polisi karena dicurigai mengemudi dalam keadaan mabuk.
Sementara laki-laki tersebut bersikeras ia tidak minum alkohol, tetapi setelah dilakukan tes, ditemukan kadar alkohol darah sebanyak 0,2 persen, sekitar 2,5 kali batas legal. Hanya beberapa tahun setelah penangkapan laki-laki tersebut, barulah ia mengetahui kalau dirinya memiliki auto-brewery syndrome, mengutip laporan dalam BMJ Open Gastroenterology tahun 2019.
Selain itu, ada juga masalah fisik yang dapat berkembang, khususnya usus kecil menjadi lebih permeabel, menyebabkan kekurangan vitamin B, zink, dan magnesium. Vitamin dan mineral ini penting dalam menjaga kesehatan, dan mengalami kekurangan merupakan jenis malnutrisi.