Opsi pengobatan yang paling lazim untuk pasien kanker usus besar adalah kemoterapi, terapi radiasi, dan operasi (kolektomi). Tujuannya adalah untuk mengangkat kanker atau mencegah kanker tersebut untuk tidak menyebar.
Operasi kolektomi dilakukan dengan mengangkat sebagian atau seluruh usus besar yang terkena kanker. Lalu, dokter bedah akan memasang bagian usus besar yang lebih prima.
Kemoterapi adalah pengobatan paling sering untuk penderita kanker, dengan merusak protein atau DNA pada kanker. Kemoterapi juga menyasar sel yang sehat. Tetapi, sel yang sehat dapat tumbuh kembali, sementara sel kanker akan mati.
Terdapat obat dengan dosis tertentu untuk diminum agar tubuh bisa pulih selama menjalani kemoterapi. Efek samping kemoterapi mencakup: kebotakan, mual, muntah, dan kelelahan.
Terapi radiasi hampir sama dengan kemoterapi, hanya saja radiasi gamma. Radiasi ini dapat dipancarkan dari luar atau dari dalam tubuh. Jika dari dalam, dokter akan menanamkan radium pada lokasi kanker. Tanpa obat, terapi radiasi ini disarankan untuk membunuh sel kanker atau tumor sebelum berkembang (stadium 0 - 2).
Efek samping terapi radiasi mencakup: perubahan warna kulit, mual, muntah, diare, kelelahan, penurunan berat badan, dan kehilangan nafsu makan. Setelah menyelesaikan terapi radiasi, efek-efek ini akan hilang dengan sendirinya.
Seiring perkembangan teknologi pencegahan kanker usus besar, pengobatannya juga ikut terbawa arus perubahan sehingga menjamin angka kematian yang rendah.
Itulah fakta-fakta mengenai kanker usus besar dan cara menanggulanginya. Perlu ditekankan bahwa "lebih baik mencegah daripada mengobati".