Mengutip laman resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), belum ada bukti mengenai keamanan dan efektivitas hydroxychloroquine secara valid. Selain itu, FDA juga memeringatkan penggunaan obat ini karena ia meningkatkan risiko ventricular tachycardia, yaitu kondisi di mana detak jantung menjadi sangat cepat.
“Pasien yang memiliki masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan ginjal akan lebih berisiko terhadap masalah jantung tersebut ketika mengonsumsi obat ini,” kata FDA.
Pada 15 Juni 2020, FDA merilis pernyataan resmi tentang pencabutan otorisasi penggunaan darurat yang memungkinkan hydroxychloroquine dari Strategic National Stockpile—gudang nasional Amerika Serikat (AS) untuk antibiotik, vaksin, obat penawar kimia, dan pasokan medis penting lainnya—digunakan untuk merawat pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.
Obat yang satu ini memang belum bisa dipastikan keamanannya ketika diberikan kepada pasien COVID-19. Begitu pula efektivitasnya. Sebagian pasien mengalami kemajuan, sedangkan sebagian lainnya tidak.
Itulah kenapa BPOM menempatkannya sebagai obat darurat, yang hanya diambil ketika keadaan pasien telah mendesak. Kamu pun tidak boleh memakainya sembarangan tanpa resep dari dokter. Jadi jangan tergiur membelinya, walau kini obat tersebut dijual secara bebas di pasaran.
Pembaca bisa membantu kelengkapan perlindungan bagi para tenaga medis dengan donasi di program #KitaIDN: Bergandeng Tangan Melawan Corona di Kitabisa.com (http://kitabisa.com/kitaidnlawancorona)