Vaksin yang dibuat oleh Pfizer dan Moderna adalah vaksin mRNA. Cara kerjanya adalah menyandikan bagian dari protein lonjakan virus SARS-CoV-2 (bagian dari virus yang menempel pada sel-sel di tubuh). Lalu, potongan-potongan yang dikodekan itu digunakan untuk memicu respons kekebalan dari tubuh, sehingga tercipta antibodi untuk melawan virus.
Beda halnya dengan vaksin dari Johnson & Johnson yang merupakan vaksin adenovector. Artinya, vaksin tersebut memakai virus yang tidak aktif sebagai vektor untuk mengirimkan protein yang akan digunakan tubuh.
Menurut Brittany Busse, MD, direktur medis asosiasi di WorkCare, tubuh akan mengenalinya sebagai ancaman dan menciptakan antibodi untuk melawan. Tenang, virus yang tidak aktif tidak bisa mereplikasi atau menyebabkan seseorang sakit, tegas Abisola Olulade, MD, dokter pengobatan keluarga bersertifikat di Sharp Rees-Stealy Medical Group.
Melansir Shape, adenovirus dalam vaksin COVID-19 Johnson & Johnson berfungsi sebagai pembawa gen protein lonjakan SARS-CoV-2 ke dalam sel dan memicu sel membuat salinan gen tersebut. Protein lonjakan bisa dikenali oleh sistem kekebalan tubuh dan menghasilkan antibodi yang akan melindungi dari COVID-19.