data efektivitas Bio Saliva (nusantics.com)
Dikarenakan dikembangkan di Indonesia, Bio Saliva dijamin relevan. Menurut data dari Nusantics, Bio Saliva dapat mendeteksi SARS-CoV-2 di nilai cycle threshold (CT) hingga 40.
Di angka CT < 35, Bio Saliva menunjukkan sensitivitas hingga 93,57 persen, cukup dekat dengan swab test dengan sensitivitas 95 persen! Sharlini mengatakan kalau sensitivitas ini cukup menjanjikan untuk pasien COVID-19 tanpa gejala (OTG), lansia, anak-anak, dan yang telah menjalani isolasi mandiri.
Di tengah maraknya invasi varian mutasi SARS-CoV-2 yang menyebabkan angka kasus meroket, kombinasi Bio Saliva dengan produk Nusantics lain, mBioCov-19 dapat mendeteksi hingga 10 varian COVID-19, yaitu:
- B.1.1.7 (Alpha)
- B.1.351. (Beta)
- P.1 (Gamma)
- B.1.617.2 (Delta)
- B.1.617.1 (Kappa)
- B.1.525 (Eta)
- B.1.526 (Iota)
- B.1.466.2 (varian Indonesia)
- B.1.427/29 (Epsilon)
- C.37 (Lambda).
Hal ini dikonfirmasi oleh Sharlini. Dengan begitu, Bio Saliva menjadi alat uji COVID-19 pertama milik Indonesia yang dapat mendeteksi 10 varian tersebut!
“Kami sudah mengujinya dengan bioinformatics alignment terhadap puluhan ribu data Whole Genome Sequencing varian-varian tersebut. Kemampuan mBioCoV19 mendeteksi semua varian yang beredar dikarenakan pertimbangan atas target genes yang dipakai dalam desain PCR kit sejak tahun lalu. Di mana gene E, M, S, dan N memiliki tingkat mutasi yang tinggi, maka kami memilih target gene helicase (nsp-13) dan RdRp (nsp-12) yang sangat conserved (atau lebih tahan terhadap mutasi) dan sensitif,” ujar Revata Utama, CTO Nusantics.