Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kaki bengkak (pexels.com/ Yan Krukov)
ilustrasi kaki bengkak (pexels.com/ Yan Krukov)

Intinya sih...

  • Presiden Donald J. Trump didiagnosis mengalami insufisiensi vena kronis.

  • Insufisiensi vena kronis disebabkan oleh faktor risiko seperti jenis kelamin perempuan, usia di atas 50 tahun, duduk, berdiri atau berbaring terlalu lama, kelebihan berat badan atau obesitas, riwayat penyakit vena dalam keluarga, merokok, kehamilan, dan gaya hidup sedenter.

  • Sayangnya, kondisi ini sering tidak terdeteksi atau tidak ditangani dengan baik. Padahal, insufisiensi vena kronis berkaitan dengan peningkatan risiko masalah jantung.

Kabar dari Gedung Putih, Presiden Donald J. Trump didiagnosis mengalami insufisiensi vena kronis atau chronic venous insufficiency (CVI). Ini merupakan kondisi yang cukup sering terjadi, terutama pada orang lanjut usia. Insufisiensi vena kronis terjadi ketika vena di kaki tidak lagi memompa darah kembali ke jantung secara efektif.

Sayangnya, kondisi ini sering tidak terdeteksi atau tidak ditangani dengan baik. Padahal, insufisiensi vena kronis berkaitan dengan peningkatan risiko masalah jantung, khususnya penyakit kardiovaskular serta mortalitas yang tidak bergantung pada usia, jenis kelamin, serta faktor risiko dan komorbiditas kardiovaskular yang ada. Insufisiensi vena kronis dikaitkan dengan adanya faktor risiko dan penyakit kardiovaskular yang sudah diketahui, termasuk usia, obesitas, merokok, gaya hidup sedenter, dan penyakit kardiovaskular yang tampak secara klinis.

Gejala insufisiensi vena kronis umumnya berupa bengkak (edema), varises, dan perubahan kulit. Perubahan kulit ini sering disebut eksim vena atau dermatitis stasis, berupa bercak kemerahan, gatal, atau bersisik di bagian kaki bawah karena aliran darah yang buruk. Kondisi ini juga bisa menimbulkan nyeri, rasa gatal, atau perdarahan di area yang terdampak, serta sensasi pegal, kram, berdenyut, kaki terasa berat, cepat lelah, atau kaki gelisah saat beristirahat.

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko insufisiensi vena kronis. Kamu lebih mungkin mengalaminya jika memiliki beberapa kondisi ini:

1. Jenis kelamin perempuan

Perempuan cenderung melaporkan insiden insufisiensi vena yang lebih tinggi, dan ini didukung oleh berbagai studi. Salah satunya adalah Gutenberg Health Study yang dimuat dalam jurnal European Heart Journal. Studi ini menganalisis lebih dari 12.000 orang berusia 40–80 tahun, dan hasilnya menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan berhubungan erat dengan tingginya angka insufisiensi vena kronis, selain faktor usia, obesitas, dan tekanan darah tinggi.

Studi lain dari Universitas Gadjah Mada melaporkan bahwa prevalensi insufisiensi vena kronis pada perempuan berkisar antara 1–40 persen, sementara pada laki-laki hanya 1–17 persen, tergantung wilayah dan jenis pekerjaan. Perempuan yang bekerja sambil berdiri lama, seperti guru atau perawat, diketahui memiliki risiko 2,7 kali lebih tinggi terkena insufisiensi vena kronis.

Meskipun penyebab utamanya belum sepenuhnya jelas, tetapi perubahan hormonal—termasuk suplemen, terapi penggantian, kehamilan, dan menopause—dapat memengaruhi dinding vena.

Perempuan harus ekstra waspada terhadap tanda-tanda insufisiensi vena kronis, dan berkonsultasi dengan dokter vena jika ada kekhawatiran.

2. Usia di atas 50 tahun

Insufisiensi vena kronis secara signifikan lebih umum terjadi pada individu di atas usia 50 tahun. Seiring bertambahnya usia, katup dan dinding vena kehilangan elastisitas dan kekuatannya, sehingga darah lebih sulit mengalir ke atas melawan gravitasi. Hal ini dapat menyebabkan penggumpalan darah di kaki, yang menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan varises.

3. Duduk, berdiri, atau berbaring terlalu lama

ilustrasi pekerja kantoran (pexels.com/Fauxels)

Orang yang bekerja dalam posisi statis, seperti pegawai kantor, pekerja pabrik, barista, atau guru, berisiko lebih tinggi mengalami insufisiensi vena kronis.

Saat kamu duduk atau berdiri terlalu lama tanpa bergerak, otot-otot kaki tidak aktif memompa darah ke atas. Akibatnya, darah cenderung “menggenang” di kaki, meningkatkan tekanan di pembuluh darah dan melemahkan katup vena. Ini bisa memicu varises, pembengkakan, dan rasa berat di kaki.

4. Kelebihan berat badan atau obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas bukan hanya soal badan yang makin gemuk, tetapi juga memicu banyak masalah kesehatan, salah satunya insufisiensi vena kronis.

Lemak tubuh yang menumpuk akan memberi tekanan berlebih pada pembuluh vena yang mengalirkan darah kaya oksigen ke jantung. Ini beberapa cara bagaimana kelebihan berat badan bisa memengaruhi kesehatan pembuluh darah di kaki:

  • Jaringan lemak menekan dinding vena

Berbeda dengan arteri yang lebih kuat, vena punya dinding lebih tipis supaya darah bisa mengalir lancar ke jantung. Lemak berlebih bisa menekan vena, meningkatkan tekanan di dalamnya, dan memperlambat aliran darah.

  • Tekanan tinggi bisa merusak katup vena

Vena di kaki punya katup satu arah untuk mendorong darah ke atas menuju jantung. Berat badan berlebih memberi tekanan ekstra, sehingga katup jadi lemah dan gagal bekerja optimal. Katup yang rusak adalah penyebab utama insufisiensi vena kronis.

  • Katup rusak bikin darah bocor dan menumpuk

Kalau katup tidak bisa menahan aliran balik, darah akan berkumpul di vena, membuat dinding vena meregang. Ini memicu munculnya varises yang menonjol dan berubah warna. Darah yang menumpuk juga bisa memicu rasa berat, nyeri, bengkak, dan kram pada kaki dan pergelangan kaki.

  • Vena bocor menambah cairan berlebih di kaki

Sirkulasi darah yang terganggu membuat cairan menumpuk di jaringan tubuh. Akibatnya, kaki jadi bengkak (edema) disertai rasa berat, nyeri pergelangan, kram, bahkan luka di kaki (ulkus vena) yang makin membuat tidak nyaman.

5. Riwayat penyakit vena dalam keluarga

Faktor risiko genetik dapat meningkatkan risiko kamu terkena varises. Para ilmuwan telah menemukan gen-gen tertentu yang berkaitan dengan katup yang lebih lemah, dan jika kamu memiliki anggota keluarga yang sudah mengidap insufisiensi vena kronis, maka kamu juga lebih berisiko untuk mengalaminya.

6. Merokok

ilustrasi berhenti merokok (freepik.com/freepik)

Merokok punya peran besar dalam merusak pembuluh darah karena asap rokok membawa zat-zat beracun yang bisa melemahkan kekuatan pembuluh darah. Saat seseorang menghirup asap rokok, tubuh akan mengalami stres oksidatif, yaitu kondisi di mana sel-sel pelapis pembuluh darah rusak akibat radikal bebas.

Kalau terus-menerus terjadi, ini bisa memicu peradangan kronis dan perubahan struktur pembuluh darah, yang pada akhirnya meningkatkan risiko terjadinya masalah seperti insufisiensi vena.

Selain itu, nikotin dalam rokok juga bisa mengganggu keseimbangan nitric oxide, yaitu zat yang berfungsi menjaga kesehatan pembuluh darah dengan cara membuatnya tetap rileks dan melebar (vasodilatasi). Kalau keseimbangan ini terganggu, aliran darah jadi tidak lancar dan masalah pembuluh darah yang sudah ada bisa makin parah.

7. Kehamilan

Kehamilan meningkatkan risiko insufisiensi vena kronis. Rahim yang membesar menekan pembuluh darah di panggul, sehingga aliran balik darah ke jantung terganggu. Selain itu, perubahan hormon dan peningkatan volume darah selama kehamilan melemahkan dinding dan katup vena, memudahkan darah menggenang di kaki.

Prosesnya terjadi karena beberapa hal:

  • Hormon progesteron dan estrogen membuat dinding vena lebih rileks dan mudah mengembang, sehingga katup vena tidak menutup rapat.

  • Rahim yang terus membesar menekan pembuluh darah di panggul, menyebabkan tekanan tinggi dan aliran darah terhambat.

  • Volume darah naik untuk mendukung janin, menambah beban kerja vena.

Akibatnya, hingga 80 persen perempuan hamil mengalami gejala seperti varises, kaki bengkak, atau rasa berat di kaki pada trimester akhir kehamilan.

8. Gaya hidup sedenter

Gaya hidup sedenter berarti kamu banyak duduk, berdiri, atau berbaring tanpa bergerak dalam waktu lama. Kondisi ini membuat otot-otot betis—yang berfungsi sebagai “pompa” untuk mendorong darah kembali ke jantung—tidak aktif bekerja. Akibatnya, darah menumpuk di pembuluh vena kaki dan aliran balik terganggu.

Penumpukan darah yang terus-menerus meningkatkan tekanan di dalam vena. Tekanan tinggi ini lama-kelamaan dapat merenggangkan dinding vena dan merusak katup satu arah di dalamnya. Jika katup-katup ini tidak berfungsi, darah malah bisa mengalir mundur dan menggenang di kaki, memicu gejala seperti bengkak, varises, dan akhirnya insufisiensi vena kronis.

Insufisiensi vena kronis sering dianggap sepele, padahal ada banyak faktor risiko yang bisa diam-diam memperburuk kondisi pembuluh darah, mulai dari usia, kebiasaan merokok, kelebihan berat badan, hingga pola hidup yang jarang bergerak. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup dan memicu komplikasi serius. Karena itu, penting untuk mengenali gejala lebih awal dan melakukan pencegahan sedini mungkin.

Kalau kamu mengalami keluhan seperti kaki bengkak, varises, dan perubahan warna kulit di area kaki, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Penanganan yang tepat akan membantu menjaga kesehatan pembuluh darah dan mencegah kondisi makin parah.

Referensi

Mustika Mahbubi, Muhamad Taufik Ismail, Erika Maharani, dan Hariadi Hariawan. “Chronic Venous Insufficiency in A Woman with Standing Profession.” Acta Cardiologia Indonesiana 2, no. 1 (2024): 31–37.

Prochaska, Jürgen H, Natalie Arnold, Andrea Falcke, Sabrina Kopp, Andreas Schulz, Gregor Buch, Sophie Moll, et al. “Chronic Venous Insufficiency, Cardiovascular Disease, and Mortality: A Population Study.” European Heart Journal 42, no. 40 (August 9, 2021): 4157–65. https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehab495.

"10 Things to Know About Chronic Venous Insufficiency." AARP. Diakses Juli 2025.

"Risk Factors for Venous Insufficiency." Metro Vein Centers. Diakses Juli 2025.

"How Does Obesity Affect Chronic Venous Insufficiency?" MVP The Vein Center. Diakses Juli 2025.

"Varicose Veins." SVS. Diakses Juli 2025.

"Smoking and Venous Insufficiency." Vein Institute of Pinellas. Diakses Juli 2025.

"Know the danger signs of CVI and VTE in pregnant patients." SVS. Diakses Juli 2025.

Radak, Djordje, and Slobodan Tanaskovic. “Prevention and Treatment of Venous Disorders during Pregnancy and the Postpartum Period.” Phlebolymphology 24, no. 3 (January 2017): 160–167.

"The Impact of Prolonged Sitting and Standing on Your Leg Veins." Laurel Clinical. Diakses Juli 2025.

"The Link Between Sedentary Lifestyles and Vascular Health: How to Stay Active." Laser Vascular Center. Diakses Juli 2025.

Editorial Team