ilustrasi makanan cepat saji (pexels.com/@caleboquendo)
Saat fruktosa dimetabolisme dalam keadaan kenyang, ini akan menurunkan tingkat ATP dalam sel.
Ketika kadar ATP turun, ini menandakan bahwa sel kekurangan energi aktif yang merangsang sejumlah respons biologis. Respons ini termasuk menyebabkan rasa lapar, haus, peningkatan asupan makanan, resistansi insulin, dan membuat metabolisme sulit beristirahat.
Perubahan-perubahan ini bisa menyebabkan penambahan berat badan. Kenaikan berat badan akan lebih mudah terjadi ketika akses terhadap makanan padat energi, seperti makanan cepat saji, mudah didapatkan.
"Fruktosa memicu metabolisme kita untuk masuk ke mode lapar dan menyebabkan kehilangan kendali atas nafsu makan, namun makanan berlemak menjadi sumber kalori utama yang mendorong penambahan berat badan," ucap salah satu peneliti, Dr. Richard Johnson, dalam sebuah keterangan tertulis.
Richard dan rekannya menyebut teori ini sebagai "hipotesis kelangsungan hidup fruktosa". Mereka melihat obesitas sebagai keadaan berenergi rendah yang membuat tubuh membutuhkan lebih banyak kalori.
Sebuah studi baru menyebutkan bahwa berbagai penyebab obesitas dapat dihubungkan dengan satu pemicu, yaitu fruktosa. Para peneliti percaya bahwa gula alami ini dapat menyebabkan sel memasuki kondisi energi rendah. Kondisi ini akhirnya merangsang peningkatan rasa lapar, asupan makanan, dan perubahan lain yang bisa menyebabkan berat badan naik.