ilustrasi lari gawang (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Groin strain paling umum terjadi di antara atlet baik profesional maupun pelaku olahraga rekreasi. Ini sering diakibatkan oleh otot adduktor yang tegang saat menendang, sehingga lebih sering dialami di kaki yang dominan. Penyebab lainnya juga bisa karena berbelok dengan cepat saat berlari, berseluncur, atau melompat.
Gerakan yang mengharuskan otot memanjang dan berkontraksi pada saat yang sama biasanya menyebabkan ketegangan pada pangkal paha. Ini memberi tekanan pada otot, membuatnya meregang atau robek.
Walaupun penyebab umumnya adalah olahraga, tetapi groin strain juga bisa diakibatkan dari:
- Jatuh
- Mengangkat benda berat
- Jenis latihan seperti latihan ketahanan
Penggunaan otot yang berlebihan dapat menyebabkan ketegangan jangka panjang.
Faktor risiko utama groin strain adalah olahraga yang melibatkan tendangan, berbalik tiba-tiba saat lari, dan lompat. Sering berganti arah juga bisa meningkatkan risiko.
Meski umumnya dialami pemain sepak bola dan hoki, atlet olahraga apa pun juga berisiko, seperti basket, rugbi, seluncur es, tenis, dan olahraga bela diri. Pada atlet jenis olahraga ini, faktor risiko tambahan lainnya adalah seberapa sering mereka berlatih.
Atlet yang berhenti berlatih selama akhir musim kompetisi akan kehilangan kekuatan dan fleksibilitas otot. Ini membuat mereka lebih berisiko mengalami cedera bila mereka mulai berlatih tanpa meluangkan waktu untuk membangun kekuatan dan kelenturan otot terlebih dulu.
Riwayat groin strain sebelumnya juga merupakan faktor risiko lainnya, mengingat otot yang melemah dari cedera sebelumnya.
Sebuah studi dalam British Journal of Sports Medicine tahun 2017 menemukan bahwa memiliki rentang gerak yang rendah pada sendi pinggul merupakan faktor risiko groin strain.