ilustrasi xylitol dalam permen karet (flickr.com/Yusuke Morimoto)
Mengonsumsi gula alkohol dalam jumlah besar sebagai pengganti gula diketahui dapat menimbulkan masalah pada sebagian orang, seperti kembung, gas, sakit perut, diare, dan penambahan berat badan. Namun, penelitian yang dipimpin oleh Dr. Stanley Hazen, ahli jantung dari Cleveland Clinic, menunjukkan efek yang jauh lebih berbahaya.
Penelitian timnya menunjukkan bahwa orang yang tubuhnya memproduksi xylitol dalam kadar tinggi dapat berisiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular.
Terlebih lagi, mengonsumsi makanan dan minuman yang dimaniskan dengan xylitol dapat membuat trombosit dalam darah lebih mungkin menggumpal, yang bisa menyebabkan kejadian jantung yang serius.
Dalam penelitian ini, relawan yang sehat diberi minuman yang dimaniskan dengan 30 gram xylitol, jumlah yang serupa dengan jumlah yang ditemukan dalam satu sendok es krim keto-friendly atau beberapa kue yang dipasarkan untuk pasien diabetes.
Pada setiap relawan yang diteliti, trombosit secara signifikan lebih rentan menggumpal setelah mengonsumsi xylitol.
"Dengan adanya xylitol, trombosit menjadi jauh lebih 'marah' dan siap menggumpal," lapor Hazen.
“Seolah trombosit kita memiliki semacam reseptor pengecap untuk xylitol yang membuatnya bekerja berlebihan. Dan, itu sangat penting karena pembekuan yang meningkat dapat menghentikan aliran darah.”
Aliran darah yang terhenti dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan kejadian kardiovaskular yang mengancam jiwa lainnya.
Para peneliti menemukan risiko xylitol ini saat mencari rencana perawatan baru yang terkait dengan penyakit jantung. Mereka memeriksa sampel darah dari 3.000 orang dan berupaya mengidentifikasi zat dalam darah yang meningkat di antara orang-orang yang mengalami kejadian jantung serius. Xylitol berada di urutan teratas daftar.
Namun, hanya karena xylitol ada dalam darah mereka tidak berarti bahwa xylitol menyebabkan serangan jantung. Studi penelitian tambahan mengonfirmasi bahwa peningkatan kadar xylitol meningkatkan respons trombosit, dan—dalam studi model non manusia—potensi pembekuan.
“Kami meminta relawan yang sehat minum minuman manis xylitol, dan kami memeriksa darah sebelum dan sesudah mengonsumsi minuman tersebut. Selama empat hingga enam jam berikutnya, kadar xylitol tetap cukup tinggi untuk meningkatkan respons trombosit dan risiko pembekuan pada setiap orang yang diteliti,” jelas Hazen.
Fungsi trombosit kembali ke kadar normal pada hari berikutnya. Namun, bagi orang yang secara konsisten mengonsumsi makanan yang mengandung xylitol, risikonya akan tetap ada.
Orang dengan diabetes mungkin mengonsumsi produk yang mengandung xylitol setiap hari, sepanjang hari. Jadi, risiko itu akan tetap ada jika kamu terus mengonsumsi xylitol. Orang-orang yang paling berisiko mengalami kejadian pembekuan seperti serangan jantung dan stroke—orang dengan diabetes—adalah orang-orang yang paling mungkin mengonsumsi xylitol dalam kadar tinggi dan makin meningkatkan risiko itu tanpa menyadarinya.
Temuan tersebut serupa dengan apa yang ditemukan Hazen dan timnya dalam penelitian sebelumnya mengenai erythritol, gula alkohol umum lainnya. Secara keseluruhan, penelitian tersebut membuat beberapa profesional medis memikirkan kembali keamanan semua gula alkohol. Namun, lebih banyak tes dilakukan untuk mengetahuinya secara pasti.
Menariknya, para peneliti mencatat bahwa penggunaan pasta gigi atau obat kumur yang mengandung xylitol kemungkinan tidak memiliki risiko yang sama. Karena umumnya penggunaan produk tersebut tidak dalam jumlah banyak, maka aman untuk digunakan.
Referensi
Marco Witkowski, Ina Nemet, dkk. "Xylitol is prothrombotic and associated with cardiovascular risk". European Heart Journal, 2024; ehae244.
Witkowski, Marco, Ina Nemet, dkk. “The artificial sweetener erythritol and cardiovascular event risk.” Nature Medicine 29, no. 3 (27 Februari 2023): 710–18.
Cleveland Clinic. Diakses pada Juni 2024. Eating Foods With Xylitol Can Be a Risk to Your Heart.