ilustrasi produk menstruasi (freepik.com/freepik)
Berikut komposisi atau pembagian lapisan dan bahan pembuat pembalut:
Lapisan permukaan (top sheet)
Umumnya terbuat dari non-woven polyethylene (PE) atau polypropylene (PP). Kadang juga menggunakan viscose rayon (serat yang diregenerasi dari selulosa), atau dipadukan dengan PP untuk meningkatkan daya serap.
Fungsi: sebagai lapisan yang bersentuhan langsung dengan kulit, untuk cepat mentransfer cairan ke bawah, menjaga kulit relatif kering.
Lapisan akuisisi/distribusi (acquisition layer/distribution layer)
Bisa berupa non-woven polyester atau selulosa.
Fungsi: menyebar cairan menstruasi dengan cepat ke seluruh area serap, menghindari genangan di area yang bersentuhan langsung dengan tubuh.
Lapisan penyerap inti (absorbent core/absorbent layer)
Terdiri dari campuran serat selulosa dan butiran SAP yang dibungkus dengan selulosa atau PP.
SAP (misalnya sodium polyacrylate) memiliki struktur polimer 3-dimensional yang dapat menyerap cairan hingga ratusan kali beratnya sendiri.
Fungsi: menyimpan cairan menstruasi, mencegah keluarnya kembali ke kulit, serta menjaga kenyamanan dan kebersihan.
Lapisan dasar (back-sheet)
Perekat (adhesif) dan bagian lain seperti kemasan
Perekat (kategorinya: water-based, solvent-based, hot-melt, reactive adhesives) digunakan untuk merekatkan pembalut ke pakaian dalam serta merekatkan lapisan dalam proses produksi.
Perekat hot-melt sering dibuat dari sumber petro-kimia seperti polyolefins, polyurethanes, polyamides, styrene, dll.
Kemasan, lapisan tambahan bahan pewangi, perekat, plastik pembungkus juga termasuk komponen yang mungkin tidak langsung terlihat.
Bahan tambahan lainnya
Beberapa pembalut juga menggunakan pewangi, perekat dengan bahan kimia tambahan, bahan plastik dan serat sintetis lain.
Ada perhatian terhadap bahan-bahan seperti ftalat, dioksin, volatile organic compounds (VOCs), serat sintetis tertentu yang bisa memiliki implikasi kesehatan.
Sebagai catatan penting, walaupun struktur dasar hampir sama, tetapi variasi dalam merek/pasar bisa berbeda. Misalnya bahan “organik” atau “biodegradable” mulai dikembangkan untuk menggantikan beberapa komponen plastik/sintetis.
Selain itu, tidak semua bahan diungkap secara transparan oleh produsen, sehingga konsumen kadang sulit mengetahui semua komponen kimia yang digunakan.
Dan, masing-masing lapisan punya fungsi khusus terkait kenyamanan, penyerapan, kebersihan, dan pencegahan kebocoran. Bahan pilihan sangat memengaruhi performa dan dampak kesehatan ataupun lingkungan.
Proses produksi pembalut sekali pakai secara ringkas
Proses produksinya meliputi:
Pemilihan bahan mentah seperti serat selulosa, SAP, lapisan non-woven, dan film plastik.
Perakitan otomatis berlapis, mencakup lapisan atas, inti penyerap, lapisan distribusi cairan, dan lapisan belakang antibocor.
Sterilisasi dan penyegelan di lingkungan terkendali untuk mencegah kontaminasi.
Pengemasan individual lalu disimpan di gudang dengan kondisi yang terkendali untuk menjaga stabilitas produk.
Penting untuk menjaga sistem kontrol kualitas dan praktik higienis di pabrik. Namun, regulasi dan standar keamanannya masih bervariasi antarnegara.
Kemungkinan kontaminasi
Ada kemungkinan kontaminasi mikroba, meski risikonya tergolong rendah apabila produk diproduksi dan disimpan dengan benar.
Selama proses produksi: Pabrik pembalut umumnya menggunakan lingkungan terkendali dan otomatisasi tinggi untuk mencegah paparan udara terbuka dan kontaminasi dari pekerja. Namun, jika kontrol kelembapan dan suhu tidak optimal, ada potensi pertumbuhan mikroorganisme pada bahan berbasis selulosa yang bersifat organik.
Pada tahap penyimpanan dan distribusi: Jika produk disimpan di tempat lembap, panas, atau rusak segelnya, jamur dan bakteri lingkungan dapat tumbuh pada lapisan penyerap.
Beberapa studi memang menemukan kontaminasi mikroba pada pembalut yang disimpan terbuka atau tidak tersegel dengan benar, tetapi tidak pada produk baru yang disegel rapat dan disimpan sesuai standar. Kesimpulannya, risiko kontaminasi lebih disebabkan oleh faktor penyimpanan dan distribusi (lingkungan lembap atau kemasan rusak), bukan karena proses manufakturnya.
Referensi
Mercy I. Aboh et al., “Consumers’ Perception on Safety and Microbiological Assessment of Sanitary Pads Sold in the Federal Capital Territory (FCT), Nigeria,” Deleted Journal 20, no. 1 (August 23, 2021), https://doi.org/10.4314/jopat.v20i1.1.
Lawal OB, Arotupin DJ, Akinsemolu AA. "Evaluating the Microbiological Quality of Select Sanitary Pads Sold in Akure Metropolis, Ondo State, Nigeria." J Bacteriol Mycol. 2023; 10(3):1212.
Rossella Briancesco et al., “A Study on the Microbial Quality of Sealed Products for Feminine Hygiene.,” PubMed 59, no. 3 (September 1, 2018): E226–29, https://doi.org/10.15167/2421-4248/jpmh2018.59.3.920.
Janine Blignaut et al., “Review: Sanitary Pads—composition, Regulation, and Ongoing Research to Address Associated Challenges,” Journal of Materials Science, July 22, 2025, https://doi.org/10.1007/s10853-025-11151-7.
"Menstrual Tampons and Pads: Information for Premarket Notification Submissions (510(k)s) - Guidance for Industry and FDA Staff." U.S. FDA. Diakses November 2025.
"Unused Period Products Unlikely to Contain Mold, Health Experts Say." Healthline. Diakses November 2025.