ilustrasi obat COVID-19 Paxlovid (flickr.com/Dominic Freeman)
Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes L. Rizka Andalusia mengatakan Paxlovid sudah mendapat izin edar dari Badan POM dan sudah terbukti dari uji klinisnya, bahwa Paxlovid efektif untuk gejala ringan namun yang berisiko tinggi menjadi berat.
“Jadi obat ini untuk orang-orang yang mempunyai faktor gejala ringan yang berpotensi jadi berat,” ucap Dirjen Rizka.
Keberadaan Paxlovid di Indonesia merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Amerika Serikat dan Australia. Sebanyak 24.096 dosis didonasikan untuk Indonesia.
Obat ini merupakan obat terakhir yang ditemukan setelah favipiravir dan molnupiravir. Saat ini, Paxlovid sudah berada di instalasi farmasi pusat Kemenkes.
Nantinya, paxlovid akan didistribusikan ke 34 provinsi. Tahap awal distribusi obat akan diprioritaskan kepada daerah yang sangat membutuhkan.
Paxlovid tidak diberikan kepada anak-anak, melainkan hanya orang dewasa dengan gejala ringan yang berpotensi menjadi gejala berat.
“Teknis pemberian paxlovid ini satu treatment course untuk lima hari. Obat ini adalah kombinasi dua obat atau dua antivirus yang diminum bersamaan, diminum dua kali sehari selama lima hari. Jadi treatment itu selama lima hari,” Dirjen Rizka menerangkan.
WHO Representative to Indonesia, Dr. N. Paranietharan, mengungkapkan bahwa pasien COVID-19 yang mengonsumsi paxlovid dapat mengurangi rawat inap dan risiko kematian hingga 89 persen. Paxlovid dapat mencegah perkembangan gejala dari ringan ke parah.