Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
flickr.com/Phuong Nguyen

KRL, MRT, LRT, dan TransJakarta adalah senjata bagi masyarakat ibu kota untuk bepergian. Setiap harinya, transportasi publik tersebut bisa mengantarkan jutaan orang ke tempat tujuannya. Terutama sebelum diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Maka tak heran jika keempat transportasi massa ini penuh sesak, terutama di jam berangkat dan pulang kantor. Inilah yang menjadi kekhawatiran masyarakat Indonesia yang banyak memanfaatkan transportasi umum, terutama warga Jabodetabek.

Melihat betapa ramai dan penuhnya transportasi publik seperti KRL dan TransJakarta, risiko untuk tertular di sana tampak cukup tinggi. Ribuan orang memadati setiap pemberhentian dan kita tidak tahu apakah suara batuk dan bersin yang bersahutan itu mengandung COVID-19 atau tidak. 

1. Seberapa parahkah kemungkinan tertular di transportasi publik?

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Lalu apakah benar bahwa transportasi publik berisiko tinggi untuk menjadi tempat penularan virus corona? Dilansir dari New York Times, Dr Stephen S Morse, profesor epidemiologi di Columbia University mengatakan, ada dua faktor yang menentukan risiko penularan di tempat publik, yaitu seberapa padat tempat itu dan berapa lama waktu yang kita habiskan di sana.

2. Ternyata risiko tertular di transportasi publik sama besarnya dengan di tempat lainnya

Editorial Team

Tonton lebih seru di