ilustrasi inkontinensia urine (compurocare.com)
Pada dasarnya setiap jenis inkontinensia urine menunjukkan gejala utama berupa kebocoran urine atau mengompol yang tidak dapat dibendung.
Stress incontinence, yang mana merupakan jenis inkontinensia urine paling umum, lebih banyak terjadi pada perempuan setelah melahirkan atau mengalami menopause. Stres di sini merujuk pada tekanan fisik, yakni ketika otot dan kandung kemih mengalami tekanan ekstra yang membuat seseorang bisa berkemih tanpa sadar.
Pada jenis urge incontinence, atau dikenal juga dengan kandung kemih yang terlalu aktif, merupakan jenis inkontinensia urine paling umum kedua. Pada jenis ini, otot kandung kemih mengalami kontraksi paksa, sehingga hasrat untuk buang air kecil tak bisa dihentikan.
Sementara itu, kasus overflow incontinence umumnya dialami laki-laki yang mengalami masalah pada kandung kemih, kelenjar prostat, atau uretra yang tersumbat. Sering kali kandung kemih tidak dapat mengosongkan air seni sepenuhnya atau menampungnya sesuai yang dikeluarkan tubuh, dan tidak jarang penderita mengalami tetesan urine konstan dari uretra.
Pada jenis functional incontinence, penderita tahu akan kebutuhan buang air kecil, tetapi mengalami kesulitan untuk pergi ke kamar mandi karena masalah mobilitas atau kondisi lain.
Sementara pada jenis mixed incontinence, umumnya didapati gejala stres dan tak bisa menahan kencing.
Terakhir, yakni jenis total incontinence, gejala yang ditunjukkan berupa kebocoran urine secara terus-menerus dan berkala, diikuti oleh beberapa masalah medis yang menjadi penyebabnya.