Ilustrasi rapid test. IDN Times/Paulus Risang
Rapid test antibodi menyasar antibodi tubuh terhadap penyakit COVID-19. Melansir Kawal COVID19, tes ini bekerja dengan cara mencari antibodi (imunoglobulin atau Ig G dan M) dalam darah sebagai bukti bahwa tubuh sedang atau sudah pernah memerangi virus SARS-CoV-2.
Spesimen yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah darah. Sampel darah tersebut bisa diambil di jari atau sampel yang berasal dari serum darah.
Ini merupakan jenis tes cepat yang paling umum dilakukan di Tanah Air. Tes ini tidak perlu dilakukan di laboratorium dengan dengan biosecurity level II, sehingga memungkinkan untuk dilakukan di komunitas dengan tenaga dan sarana kesehatan yang terbatas.
Rapid test ini punya kelebihan antara lain: mudah dilakukan di mana saja, hasilnya cepat, dan dapat digunakan untuk skrining infeksi COVID-19 pada populasi. Harganya pun lebih murah.
Namun, tes ini punya banyak kendala. Rapid test antibodi tidak dapat digunakan sebagai alat deteksi dini bagi orang-orang yang masih dalam hari-hari awal masa inkubasi. Tingkat IgG dan IgM masih rendah pada masa-masa tersebut, meskipun jumlah partikel virus sangat tinggi di awal.
Ilustrasi rapid test (Dok.IDN Times)
Menurut keterangan di laman The Native Antigen Company, respons antibodi IgM awal tidak mencapai puncak hingga hari ke-9 setelah infeksi awal, dan respons antibodi IgG tidak mencapai puncak hingga hari ke-11.
Kekuatan akan respons tersebut bisa berbeda-beda pada tiap orang, yang dipengaruhi oleh usia, nutrisi, tingkat keparahan penyakit, dan ada atau tidaknya penyakit penyerta (komorbid).
Bila pasien diuji pada masa tersebut, hasil tes antibodi akan negatif palsu (false negative), meski kenyataannya pasien mengidap COVID-19. Karena itu, penting bahwa seseorang yang dianggap berisiko tinggi, tetapi negatif pada antibodi pertama, harus dites lagi sekitar seminggu setelahnya.
Pada dasarnya, menurut Texas Health and Human Services (THHS), tes antibodi berguna untuk menentukan pasien mana yang cocok sebagai partisipan untuk uji penanganan COVID-19 atau lebih tepatnya untuk mencari vaksin. Jika tes antibodi ini dilakukan dalam jumlah besar ke masyarakat, pemerintah dan petugas kesehatan bisa mengetahui seberapa jauh populasi yang sudah pernah terkena COVID-19.