Menurut laman U.S. Food and Drug Administration (FDA) obat biologis adalah pengobatan yang terbuat dari sel hidup dari manusia, hewan, atau mikroorganisme. Ini berbeda dengan pengobatan “tradisional” yang dibuat menggunakan bahan kimia sederhana.
Biosimilar seperti obat generik. Obat generik mengandung salinan tepat dari bahan aktif dalam obat bermerek. Namun, karena obat biologis berasal dari sel hidup, tidak mungkin membuat salinan persisnya. Tetap saja, biosimilar bekerja dengan cara yang sama seperti biologis yang menjadi dasarnya, meskipun itu bukan salinan persisnya.
Ada banyak obat biologis dan biosimilar berbeda yang tersedia. Mereka bekerja dalam beberapa cara. Cara mereka melemahkan sistem kekebalantergantung pada obatnya.
Misalnya, obat tertentu mengobati kondisi autoimun seperti artritis reumatoid. Kondisi autoimun disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif. Obat biologis dan biosimilar sering kali dapat "menurunkan" sistem kekebalan untuk pengobatan.
Obat-obatan ini umumnya memblokir protein sistem kekebalan tertentu yang "menghidupkan" sistem kekebalan. Namun, konsekuensi potensial dari obat-obatan ini adalah mengembangkan sistem kekebalan yang lebih lemah.
Contoh obat biologis dan biosimilar yang dapat melemahkan sistem kekebalan meliputi:
- Adalimumab (Humira) dan adalimumab-adbm (Cyltezo).
- Etanercept (Enbrel) dan etanercept-szzs (Erelzi).
- Infliximab (Remicade) dan infliximab-abda (Renflexis).
- Rituximab (Rituxan) dan rituximab-arrx (Riabni).
- Trastuzumab (Herceptin) dan trastuzumab-dkst (Ogivri).
Akan tetapi, tidak semua obat biologis dan biosimilar melemahkan sistem kekebalan. Misalnya, erenumab (Aimovig) adalah obat biologis yang dapat membantu mencegah migrain. Pabrikan Aimovig mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa itu melemahkan sistem kekebalan tubuh.