Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jus buah dalam kemasan (freepik.com/freepik)
ilustrasi jus buah dalam kemasan (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Studi baru di Jepang meneliti hubungan jus buah 100% dengan risiko diabetes tipe 2 pada orang dewasa.

  • Jus buah murni dikaitkan dengan risiko diabetes lebih rendah, terutama pada orang dengan risiko genetik tinggi.

  • Penelitian menggunakan data dari studi besar di Jepang, J-MICC, namun hasilnya belum bisa dijadikan bukti langsung bahwa jus buah mencegah diabetes.

Sebuah studi baru yang terbit dalam British Journal of Nutrition meneliti apakah konsumsi jus buah 100% berpengaruh terhadap risiko diabetes tipe 2 pada orang dewasa di Jepang.

Di Jepang sendiri, angka kasus diabetes tipe 2 terus naik, dan sekarang diperkirakan sekitar 8 persen orang dewasa memilikinya. Faktor penyebabnya antara lain berat badan berlebih, usia, faktor genetik, dan pola makan yang bisa diubah. Jus buah sering masuk dalam penelitian karena hubungannya dengan risiko diabetes masih belum jelas. Ada studi yang bilang tidak ada pengaruhnya, tetapi ada juga yang bilang bisa meningkatkan atau malah menurunkan risiko.

Hasil yang berbeda-beda ini bisa terjadi karena jenis jus yang dikonsumsi juga beda-beda. Jus buah murni tentu berbeda dengan minuman manis dengan tambahan gula. Selain itu, faktor lain seperti tingkat kegemukan, pola makan, risiko genetik, dan cara analisis juga memengaruhi hasil. Gula alami dalam jus bisa cepat diserap tubuh dan bisa menaikkan gula darah, berat badan, dan lemak di hati, yang berisiko memicu diabetes. Namun, di sisi lain, vitamin dan zat gizi dari buah juga bisa membantu kerja insulin dan menekan stres oksidatif, sehingga bisa menurunkan risiko.

Para peneliti juga melihat skor risiko genetik (polygenic risk score/PRS) yang mengukur seberapa besar risiko bawaan seseorang terkena diabetes berdasarkan ribuan variasi genetik. Sejauh ini, belum ada penelitian di Asia Timur yang melihat hubungan konsumsi jus buah dengan risiko genetik diabetes.

Bagaimana penelitian ini dilakukan

Penelitian ini menggunakan data dari studi besar di Jepang, J-MICC, yang mengumpulkan data sekitar 100 ribu orang berusia 35-69 tahun sejak 2005 sampai 2014. Perlu dicatat, ini adalah studi potong lintang (cross-sectional), artinya hanya melihat data pada satu waktu sehingga tidak bisa membuktikan sebab-akibat secara langsung.

Peserta mengisi kuesioner tentang data diri, gaya hidup, riwayat kesehatan, kebiasaan makan, termasuk seberapa sering mereka minum jus buah 100% (dikelompokkan jadi “tidak pernah” atau “minimal seminggu sekali”). Risiko diabetes diukur berdasarkan diagnosis dokter yang dilaporkan peserta. Sekitar 14 ribu peserta dites DNA-nya untuk melihat skor risiko genetik.

Peneliti kemudian menganalisis apakah ada kaitan antara kebiasaan minum jus buah dan risiko diabetes, sambil mempertimbangkan faktor lain seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, tekanan darah tinggi, kolesterol, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan lama tidur.

Hasil penelitian

Dari sekitar 13.700 orang yang dianalisis, ada 814 orang yang terdiagnosis diabetes tipe 2. Mereka yang mengidap diabetes rata-rata lebih tua, lebih tinggi dan berat badannya lebih besar, tidurnya lebih lama, dan aktivitas fisiknya lebih sedikit.

Kebiasaan merokok, minum alkohol, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi juga lebih banyak ditemukan pada orang dengan diabetes. Menariknya, lebih banyak orang dengan diabetes yang berhenti merokok dan minum alkohol dibanding yang tidak punya diabetes.

Hasilnya, orang yang rutin minum jus buah 100% punya risiko diabetes lebih rendah dibanding yang tidak minum sama sekali. Makin sering minum jus buah, risiko diabetesnya juga makin rendah. Pola ini tetap terlihat walau sudah disesuaikan dengan faktor lain.

Hal menariknya lagi, ketika dianalisis lebih detail, para peneliti menemukan bahwa penurunan risiko diabetes ini hanya terlihat pada orang yang punya risiko genetik tinggi. Pada orang dengan risiko genetik sedang atau rendah, tidak terlihat hubungan yang berarti. Namun, karena desain penelitian ini potong lintang, ada kemungkinan juga orang yang sudah tahu dirinya punya diabetes justru mengurangi konsumsi jus buah, jadi hasilnya bisa terbalik.

Secara umum, penelitian ini menemukan bahwa pada orang Jepang dengan risiko genetik tinggi, minum jus buah murni dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah. Sementara itu, pada orang dengan risiko genetik rendah, tidak ada kaitan yang jelas. Ini menunjukkan adanya kemungkinan interaksi antara faktor pola makan dan bawaan genetik.

Namun, hasil ini belum bisa dijadikan bukti bahwa jus buah 100% bisa mencegah diabetes. Perlu penelitian lanjutan jangka panjang untuk memastikan apakah memang ada hubungan sebab-akibat dan gen mana saja yang punya peran penting dalam pengaruh zat gizi jus buah terhadap risiko diabetes.

Referensi

Tomoki Kawahara et al., “Inverse Association Between Fruit Juice Consumption and Type 2 Diabetes Among Individuals With High Genetic Risk on Type 2 Diabetes: The J-MICC Study,” British Journal of Nutrition, July 10, 2025, 1–23, https://doi.org/10.1017/s0007114525103863.

Editorial Team