- Kehamilan dan cacat lahir
Kemoterapi saat hamil dapat menyebabkan cacat lahir yang signifikan, terutama jika dilakukan pada bulan-bulan pertama kehamilan.
Dokter mungkin menyarankan untuk menunda pengobatan kanker atau menyarankan pilihan pengobatan kanker lain jika pasien sedang hamil.
- Kesehatan hati dan ginjal
Banyak obat kemoterapi diproses melalui hati dan ginjal dan dapat berdampak buruk pada organ-organ ini. Jika sudah terjadi kerusakan organ yang signifikan, kemoterapi mungkin bukan pilihan.
Alasan lain kemoterapi mungkin tidak direkomendasikan adalah risiko infeksi. Kemoterapi dapat berdampak negatif pada kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Jadi, jika pasien memiliki kadar sel darah penting yang rendah, mengalami infeksi yang berkelanjutan, baru saja menjalani operasi, atau mengalami cedera penyembuhan lainnya, kemoterapi mungkin tertunda.
- Efek samping dan kualitas hidup
Kemoterapi dapat memiliki efek samping yang signifikan dan tidak menyenangkan. Jika kanker resistan terhadap pengobatan atau pasien sudah mendekati akhir hayat, kemoterapi dapat menurunkan kualitas hidup.
Mungkin ada saat-saat ketika efek samping kemoterapi tidak sepadan, terutama jika putaran kemoterapi lainnya tidak efektif.
Perlu diingat bahwa perawatan kanker terus berkembang dan ditingkatkan. Jenis kanker tertentu tidak lagi memerlukan kemoterapi karena protokol perawatan yang lebih efektif telah dikembangkan.
Misalnya, sebuah studi tahun 2018 menemukan bahwa sebagian besar perempuan yang didiagnosis dengan kanker payudara stadium awal tidak memerlukan kemoterapi setelah operasi. Menurut penulis studi tersebut, ini berarti bahwa 70 persen pasien kanker payudara stadium awal dapat dengan aman menghindari kemoterapi karena tidak diperlukan.