Dalam proses donor organ di AS, pemeriksaan berfokus pada infeksi yang umum dipindahkan melalui darah, seperti HIV, hepatitis B atau C, dan infeksi bakteri. Rabies tidak termasuk dalam skrining standar karena dua alasan besar:
Tesnya tidak cepat, sementara organ harus segera dipindahkan.
Kasus rabies pada manusia sangat jarang, sehingga kemungkinannya dianggap rendah.
Akibatnya, riwayat paparan donor terhadap hewan liar menjadi faktor krusial, meskipun dalam kenyataan, hal itu tidak selalu tercatat atau tampak jelas.
Kasus ini menegaskan bahwa meskipun rabies sangat jarang pada donor organ, tetapi risikonya tetap ada, terutama ketika donor memiliki riwayat kontak dengan hewan liar. Dalam dunia transplantasi, keputusan harus diambil cepat, dan informasi seperti riwayat pernah digigit hewan liar bisa menentukan hidup-mati penerima organ.
Bagi tenaga kesehatan, kasus ini menjadi pengingat bahwa gejala rabies tidak selalu dramatis. Bagi publik, ini menunjukkan betapa pentingnya sistem pelaporan dan koordinasi antar negara bagian, yang dalam kasus ini membantu mencegah tragedi lebih besar.
Referensi
Rebecca Earnest et al., “Human-to-Human Rabies Transmission via Solid Organ Transplantation From a Donor With Undiagnosed Rabies — United States, October 2024–February 2025,” MMWR Morbidity and Mortality Weekly Report 74, no. 39 (December 4, 2025): 600–605, https://doi.org/10.15585/mmwr.mm7439a1.