Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak sakit (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi anak sakit (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Cacingan sering dianggap sepele, padahal dampaknya serius buat kesehatan anak. Kondisi ini bisa bikin anak kehilangan nafsu makan, terlihat pucat, gampang lelah, bahkan mengganggu pertumbuhan mereka. Kondisi ini sering terabaikan karena gejalanya tampak samar dan mirip dengan penyakit lain. Dilansir dari Vinmec, penyakit ini umumnya disebabkan oleh cacing yang masuk ke dalam tubuh lewat makanan, minuman, atau kontak langsung dengan lingkungan yang kotor.

Masalahnya, penyebab cacingan sering kali berasal dari kebiasaan kecil sehari-hari yang gak disadari orangtua. Anak-anak yang aktif bermain, suka eksplorasi, dan belum paham soal kebersihan jadi lebih rentan terkena infeksi cacing. Berikut lima kebiasaan sepele anak-anak yang bisa memicu cacingan!

1. Jarang cuci tangan dengan benar

ilustrasi cuci tangan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Kebiasaan cuci tangan ternyata punya pengaruh besar terhadap kesehatan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melansir bahwa anak bisa terinfeksi cacing gelang atau cacing cambuk karena menelan telur yang sudah matang di tanah yang terkontaminasi kotoran manusia. Banyak orangtua mengira sekadar membilas tangan dengan air sudah cukup.

Padahal mencuci tangan yang benar harus pakai sabun dan dilakukan minimal 20 detik. Riset yang dilansir dari jurnal PLOS Neglected Tropical Disease tahun 2023 menyebutkan bahwa tidak mencuci tangan setelah buang air atau sebelum makan sangat berisiko terinfeksi cacing. Bayangkan kalau anak makan camilan atau memasukkan jari ke mulut setelah bermain di luar. Dari situlah telur cacing bisa masuk dan berkembang biak di dalam tubuh.

2. Suka jajan sembarangan

ilustrasi anak makan snack (pexels.com/Antonius Ferret)

Siapa, sih, anak yang gak suka jajan? Mulai dari es serut, gorengan, permen warna-warni, sampai jajanan kaki lima selalu jadi favorit. Namun, jajanan yang dijual di pinggir jalan sering kali gak higienis. WHO menjelaskan bahwa makanan yang dibiarkan terbuka, terpapar debu, atau diolah dengan air yang gak bersih bisa jadi media masuknya telur cacing.

Kamu mungkin gak bisa selalu melarang anak jajan, tapi bisa membekali mereka dengan pilihan yang lebih sehat. Misalnya, bikin camilan di rumah yang rasanya tetap enak dan menarik. Kalau pun anak ingin jajan, ajarkan mereka memilih makanan yang terlihat bersih dan dimasak dengan matang, ya!

3. Bermain tanpa alas kaki

ilustrasi anak bermain (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Banyak anak suka main di halaman atau tanah tanpa alas kaki karena terasa lebih bebas. Dilansir CDC, tanah bisa mengandung telur cacing tambang yang masuk lewat pori-pori kulit, terutama di telapak kaki. Selanjutnya, infeksi ini bisa menyebabkan anak merasa gatal, diare, gangguan pertumbuhan, atau bahkan anemia kalau cacing berkembang biak di dalam tubuh.

Kebiasaan ini memang umum di kawasan negara berkembang. Jadi, membiasakan anak memakai sandal atau sepatu saat bermain di luar rumah adalah cara mudah untuk mencegah risiko ini. Kalau pun anak sudah terlanjur terbiasa tanpa alas kaki, kamu bisa mulai beri pengertian dan pelan-pelan mengenalkan pentingnya menjaga kebersihan kaki.

4. Tidak rutin potong kuku

ilustrasi kuku bayi (pexels.com/Rahul Pandit)

Kuku yang panjang jadi tempat ideal buat kotoran, debu, dan telur cacing menumpuk. Anak-anak yang sering menggaruk atau memasukkan jari ke mulut lebih mudah tertular cacingan kalau kukunya kotor. Kadang, orangtua terlalu fokus pada makanan atau lingkungan.

Padahal kuku yang panjang juga punya peran besar dalam penyebaran penyakit ini. Rutin memotong kuku anak seminggu sekali bisa mencegah telur cacing menempel dan terbawa ke mulut. Selain itu, ajarkan anak untuk rajin membersihkan kuku dengan sikat kecil supaya kebersihan lebih terjaga.

5. Jarang minum obat cacing secara berkala

ilustrasi minum obat (pexels.com/Ron Lach)

Meskipun kebersihan sudah dijaga, anak tetap berisiko terkena cacingan karena aktivitas sehari-hari. Itulah kenapa WHO merekomendasikan program deworming secara periodik untuk pencegahan cacingan, terutama di area yang berisiko tinggi. Banyak dokter anak menyarankan obat cacing diberikan 6 bulan sekali untuk mencegah infeksi di dalam tubuh.

Namun, masih banyak orangtua yang menganggap obat cacing hanya perlu diberikan ketika anak sudah menunjukkan gejala. Padahal, pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati. Dengan rutin minum obat cacing, kamu bisa memastikan tubuh anak tetap terlindungi meskipun ada kemungkinan terpapar dari lingkungan.

Cacingan pada anak sering berawal dari kebiasaan kecil yang terlihat sepele. Sebagai orangtua, kamu bisa mencegahnya dengan lima cara di atas. Jangan tunggu sampai anak menunjukkan gejala baru panik, ya!

Referensi

“Parasites – Chidren”. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses Agustus 2025.

“Deworming in Children: What Parents Need to Know”. Vinmec. Diakses Agustus 2025.

“Soil-Transmitted Helminth Infections”. World Health Organization (WHO). Diakses Agustus 2025.

Rahimi BA, Rafiqi N, Tareen Z, Kakar KA, Wafa MH, Stanikzai MH, Beg MA, Dost AK, Taylor WR. Prevalence of soil-transmitted helminths and associated risk factors among primary school children in Kandahar, Afghanistan: A cross-sectional analytical study. PLOS Neglected Tropical Disease. 2023 Sep 11;17(9):e0011614.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team