ilustrasi gigitan nyamuk (flickr.com/Airman Magazine)
Para dokter mengamati bahwa remaja tersebut mengalami ereksi “lunak” yang berkembang secara spontan tanpa “rangsangan seksual” apa pun, yang berlangsung selama 18 jam.
Kasus ini menandai pertama kalinya hubungan ini didokumentasikan dalam literatur.
Para dokter mengaitkan gejala tersebut—yang dikenal sebagai priapismus arteri—dengan virus dengue yang menginfeksi pembuluh darah di penis. Hal ini menyebabkan plasma bocor ke penis, membuat penis tampak lebih besar saat dalam kondisi lunak (flaccid).
Kabar baiknya, tim dokter dapat menangani kondisi pasien tersebut dengan kompres es, membuat pembuluh darah menyempit, sehingga penis kembali ke ukuran normal dalam waktu 48 jam.
Sementara itu, infeksi virus awal dapat diatasi dengan antivirus.
Pada pertemuan lanjutan tiga dan enam bulan kemudian, dokter mengamati bahwa remaja tersebut sehat dan mampu mencapai ereksi normal tanpa masalah apa pun.
Walaupun gejala ereksi ini tergolong langka, tetapi para ahli percaya bahwa infeksi demam berdarah dapat memicu priapismus.
Dilansir New York Post, virus telah dikaitkan dengan priapismus di masa lalu, termasuk COVID-19, gondongan, bahkan rabies. Jadi, ada kemungkinan virus lain juga bisa menyebabkannya.
Pada 2021, seorang pasien COVID-19 di Amerika Serikat (AS) dilaporkan mengalami ereksi selama tiga jam, yang diyakini oleh para dokter disebabkan oleh gumpalan darah di penisnya akibat virus corona (The American Journal of Emergency Medicine, 2021).