Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bayi baru lahir (pixabay.com/SeppH)
ilustrasi bayi baru lahir (pixabay.com/SeppH)

Intinya sih...

  • Bayi prematur membutuhkan inkubator untuk meningkatkan kesempatan bertahan hidup dan mengurangi risiko komplikasi kesehatan.
  • Inkubator memberikan lingkungan yang aman dan terkendali untuk perkembangan organ vital bayi, serta melindungi dari alergen, kuman, dan kebisingan.
  • Tidak hanya untuk bayi prematur, inkubator juga dibutuhkan oleh bayi dengan masalah pernapasan, penyakit kuning, trauma, berat badan rendah, pascaoperasi, dan ibu dengan diabetes gestasional.

Prematur adalah istilah untuk bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada 13,4 juta bayi yang lahir prematur pada tahun 2020 dan sekitar 900.000 di antaranya meninggal akibat komplikasi.

Salah satu upaya yang ditempuh agar bayi prematur bisa survive adalah meletakkannya di dalam inkubator. Apa alasan bayi membutuhkan inkubator?

1. Bayi prematur lebih mungkin mengalami masalah kesehatan

Setiap tahun, ada lebih dari 5 juta bayi yang lahir di Indonesia. Namun, sekitar 600.000 di antaranya lahir secara prematur (BMC Pediatrics, 2023).

Bayi prematur lebih mungkin mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan bayi cukup bulan.

Prematuritas meningkatkan kemungkinan gangguan pernapasan, gangguan pendengaran, cerebral palsy, retinopati (kerusakan retina), dan cenderung memiliki kecerdasan intelektual yang lebih rendah.

Selain itu, bayi prematur berisiko tinggi terkena sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Ini didefinisikan sebagai meninggalnya bayi berusia kurang dari satu tahun secara tiba-tiba karena alasan yang tidak jelas.

2. Inkubator tidak hanya untuk menghangatkan bayi

ilustrasi bayi di dalam inkubator (pexels.com/Bayu Prakosa)

Inkubator lebih dari sekadar tempat tidur untuk bayi. Dilansir Healthline, inkubator dirancang untuk memberikan ruang yang aman dan terkendali untuk menunjang perkembangan organ vital bayi. Suhu, intensitas cahaya, tingkat kelembapan, dan jumlah oksigennya dapat disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

Selain itu, inkubator dapat melindungi bayi dari alergen, kuman, dan kebisingan, serta bisa memantau tanda-tanda vitalnya (seperti detak jantung, laju pernapasan, suhu, saturasi oksigen, dan pH darah).

Berapa lama bayi harus berada di dalam inkubator? Tergantung kondisi kesehatannya. Ada yang hanya beberapa jam atau beberapa hari, tetapi ada juga yang berminggu-minggu.

3. Kondisi lain yang membuat bayi memerlukan inkubator

Inkubator tidak hanya didesain untuk bayi prematur, tetapi juga bisa digunakan oleh bayi yang mengalami kondisi tertentu. Contohnya:

  • Memiliki masalah pernapasan: Misalnya terdapat cairan di dalam paru-parunya yang membuat bayi kesulitan bernapas dan menyebabkan infeksi. Selain itu, bayi yang paru-parunya belum berkembang sempurna juga membutuhkan inkubator.
  • Mengalami penyakit kuning (jaundice): Ini adalah kondisi ketika kulit dan mata bayi menguning karena kadar bilirubin yang tinggi. Beberapa inkubator dilengkapi dengan lampu khusus untuk mengatasi penyakit kuning pada bayi. Perawatan ini disebut sebagai fototerapi.
  • Mengalami trauma: Salah satunya karena persalinan yang sangat lama. Karena suasana di dalam inkubator seperti rahim ibu, akan membantu bayi pulih dari trauma.
  • Memiliki berat badan lahir yang rendah: Yaitu berat badan yang kurang dari 2,5 kilogram. Inkubator akan membuat kondisi bayi tetap stabil.
  • Baru saja menjalani operasi: Pascaoperasi, bayi sangat rentan terhadap stres dan infeksi. Mereka akan pulih lebih cepat jika berada di lingkungan yang terkendali.
  • Bayi yang ibunya mengalami diabetes gestasional: Inkubator akan membuat bayi tetap nyaman dan hangat, sembari dipantau kadar gula darahnya.

Editorial Team