Mendengar suara yang terlalu keras dapat jadi salah satu penyebab munculnya tinitus. (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
Ternyata, dalam istilah medis, telinga berdenging ini disebut sebagai tinnitus atau tinitus. Dilansir Mayo Clinic, tinitus dapat terjadi pada salah satu telinga saja atau keduanya dalam waktu yang bersamaan. Menariknya, fenomena ini terbilang umum di seluruh dunia karena sekitar 15—20 persen orang di seluruh dunia mengalaminya atau sekitar 740 juta orang, terutama bagi orang-orang berusia 40—80 tahun.
Ternyata, penyebab terjadinya tinitus pada telinga kita itu bukan berasal dari faktor eksternal, melainkan dari dalam tubuh kita sendiri alias internal. Artinya, suara denging yang kita dengar itu sebenarnya tidak dapat terdengar oleh orang lain di sekitar. Suara saat telinga mengalami tinitus pun terbilang beragam, bukan hanya denging, melainkan juga dengung, deruan, desisan, dan humming. Soal kapan seseorang mengalami tinitus, waktunya terbilang acak.
Ditambah lagi, tinitus ini bukan sebuah penyakit tertentu, melainkan jadi pertanda gejala dari beberapa penyakit yang mungkin dialami seseorang. Dilansir Cleveland Clinic, tinitus punya kaitan dengan masalah pendengaran yang sering dialami lansia, kondisi noise-induced hearing loss (NIHL) atau kondisi tak nyaman setelah telinga mendengar suara keras, cedera pada bagian dalam telinga, serta pengaruh obat-obatan.
Sebenarnya, di luar sebagai tanda-tanda gejala medis tersebut, belum diketahui secara pasti asal-usul tinitus pada orang-orang yang sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit di area telinga. Yang kita ketahui, tinitus berasal dari telinga bagian dalam yang berbentuk seperti siput, yakni koklea. Saraf-saraf yang ada di bagian telinga inilah yang jadi pelaku munculnya suara denging pada telinga kita pada momen-momen tertentu.