Selama masa studi, para peneliti Italia mencatat 440 kasus aritmia ventrikular. Dari angka tersebut, 322 kasus ditangani dengan dan 118 ditangani dengan kejut listrik. Para peneliti Italia menemukan bahwa tiap kenaikan 1μg/m3 pada konsentrasi PM2,5, maka risiko aritmia ventrikular juga naik 1,5 persen.
Selain itu, para peneliti Italia menemukan bahwa saat PM2,5 naik 1μg/m3 seminggu penuh, maka risiko aritmia ventrikular naik hingga 2,4 persen, terlepas dari pengaruh suhu. Bagaimana dengan PM10? Saat ada kenaikan 1μg/m3 selama seminggu, risiko aritmia naik 2,1 persen.
"Partikel halus menyebabkan inflamasi akut pada otot jantung sehingga memicu aritmia. Diproduksi oleh pembangkit listrik, aktivitas industri, dan kendaraan bermotor, proyek hijau penting untuk melindungi kesehatan dan individu harus melakukan berbagai usaha untuk melindungi diri sendiri," ujar Dr. Aleesia.
ilustrasi polusi udara dilingkungan rumah (asiapropertyawards.com)
Data yang dikumpulkan peneliti Italia ini adalah bukti bahwa polusi udara bukan hanya berdampak pada perubahan iklim. Baik di Italia atau belahan dunia mana pun, polusi udara bisa berdampak fatal pada kesehatan masyarakat. Terlepas dari upaya dunia kesehatan, udara yang dihirup sehari-hari tetap menentukan hidup dan mati.
"Peperangan [melawan polusi udara] bisa dimenangkan dengan perpaduan sains dan pemangku kepentingan, bukan hanya melindungi lingkungan melainkan juga kesehatan populasi dunia," seru Dr. Aleesia.
Teruntuk para pasien jantung (dan menggunakan ICD) atau mereka yang berpotensi, studi ini menjadi peringatan untuk rajin mengecek kualitas udara sehari-hari sebelum beraktivitas. Baik mengenakan masker ganda terbaik hingga air purifier, kiat-kiat ini bisa menyelamatkan dari gangguan jantung akibat polusi udara.
"Saat PM2,5 dan PM10 sedang tinggi, disarankan untuk tidak keluar ruangan. Jika harus, gunakan masker N95, terutama di kondisi lalu lintas padat. Air purifier bisa digunakan di rumah," tandas Dr. Aleesia.