Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bakteri Listeria monocytogenes (rapidmicrobiology.com)

Listeriosis adalah infeksi bakteri serius yang disebabkan oleh Listeria monocytogenes, yang biasanya sebabkan makan makanan yang terkontaminasi. Ini terutama menyerang ibu hamil, bayi baru lahir, orang dewasa yang lebih tua, dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Orang-orang di luar kelompok ini lebih jarang mengalami sakit atau gejala parah karena infeksi Listeria.

Untuk mewaspadai penyakit ini, berikut ini fakta-fakta seputar listeriosis yang perlu diketahui.

1. Apa itu listeriosis?

ilustrasi bakteri Listeria monocytogenes (btcces.com)

Dilansir Cleveland Clinic, infeksi Listeria atau listeriosis adalah penyakit bawaan makanan (foorborne disease) yang bisa membuat seseorang sangat sakit. Gejalanya bisa berupa demam, menggigil, sakit kepala, sakit perut, diare, dan muntah-muntah.

Meskipun bisa dialami siapa pun, orang-orang yang berisiko menjadi sangat sakit atau sakit parah akibat infeksi ini, bahkan bisa membahayakan nyawa, adalah ibu hamil, janin, orang dewasa yang lebih tua atau lansia, atau orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Sistem imun yang lemah ini bisa merupakan akibat dari kondisi lain (misalnya kanker atau AIDS) atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Menurut keterangan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), listeriosis tergolong penyakit langka, dengan 0,1 hingga 10 kasus per 1 juta orang per tahun tergantung negara dan wilayah dunia. Namun, walaupun angka kejadiannya kecil, tetapi tingkat kematian akibat infeksi ini membuatnya menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan.

2. Gejala listeriosis

ilustrasi sakit kepala(pexel.com/Gerd Altmann)

Dilansir Mayo Clinic, gejala umum infeksi Listeria meliputi:

  • Demam
  • Menggigil
  • Nyeri otot
  • Mual
  • Diare

Gejala mungkin dimulai beberapa hari setelah kamu mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri, tetapi bisa makan waktu 30 hari atau lebih sebelum tanda dan gejala pertama infeksi dimulai.

Bila infeksi Listeria menyebar ke sistem saraf, tanda dan gejalanya bisa meliputi:

  • Sakit kepala
  • Leher kaku
  • Kebingungan atau perubahan kewaspadaan
  • Kehilangan keseimbangan
  • Kejang

Pada kehamilan, infeksi Listeria kemungkinan hanya menyebabkan tanda dan gejala ringan pada ibu. Akan tetapi, konsekuensinya bagi bayi bisa fatal. Bayi bisa mati sebelum dilahirkan atau mengalami infeksi yang mengancam jiwa beberapa hari setelah dilahirkan.

Tanda dan gejala infeksi Listeria pada bayi baru lahir bisa jadi tidak kentara, tetapi bisa meliputi:

  • Tidak tertari disusui atau diberi makan
  • Mudah rewel atau marah
  • Demam
  • Muntah
  • Sulit bernapas

3. Penyebab listeriosis

ilustrasi daging olahan yang bisa terkontaminasi bakteri Listeria (sun-sentinel.com)

Dilansir Healthline, listeriosis berkembang setelah berkontak dengan bakteri Listeria monocytogenes. Umumnya, seseorang berkontak dengan bakteri ini setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Bayi baru lahir bisa mengalami infeksi ini dari ibunya.

Bakteri Listeria hidup di tanah, air, dan feses binatang. Bakteri juga bisa hidup di makanan, peralatan produksi makanan, dan penyimpanan makanan dingin. Listeriosis umumnya disebarkan dari:

  • Daging yang diproses, termasuk daging deli, hot dog, meat spread atau daging olesan, pate, dan makanan laut asap yang didinginkan
  • Produk susu yang tidak dipasteurisasi, termasuk keju lunak dan susu
  • beberapa produk olahan susu, termasuk es krim
  • Buah dan sayuran mentah

Bakteri Listeria tidak mati di lingkungan dingin lemari es dan freezer. Mereka tidak tumbuh secepat di lingkungan yang dingin, tetapi mereka dapat bertahan hidup pada suhu beku. Bakteri ini lebih mungkin dihancurkan oleh panas. Memanaskan makanan olahan hingga 73,8 derajat Celcius dapat membunuh bakteri.

4. Faktor risiko listeriosis

ilustrasi ibu hamil (IDN Times/Arief Rahmat)

Orang yang sehat mungkin jarang menjadi sakit karena Listeria. Orang dengan sistem kekebalan yang terganggu mungkin mengalami gejala yang lebih parah. Kamu mungkin lebih berisiko mengembangkan infeksi lanjut atau komplikasi bila:

  • Sedang hamil
  • Usia lebih dari 65 tahun
  • Sedang mengonsumsi obat penekan kekebalan, seperti prednison atau obat lain yang diresepkan untuk mengobati penyakit autoimun seperti artritis reumatoid
  • Sedang menjalani pengobatan untuk mencegah penolakan transplantasi organ
  • Mengidap HIV atau AIDS
  • Menderita diabetes
  • Menderita kanker atau sedang menjalani perawatan kemoterapi
  • Memiliki penyakit ginjal atau sedang menjalani dialisis atau cuci darah
  • Memiliki alkoholisme atau penyakit hati

5. Pengobatan listeriosis

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Tes darah sering kali merupakan cara paling efektif untuk menentukan diagnosis listeriosis. Dalam beberapa kasus, sampel urine atau cairan tulang belakang juga akan diuji.

Untuk pengobatannya sendiri bergantung pada seberapa parah gejala dan status kesehatan pasien.

Jika gejala ringan dan pasien dalam keadaan sehat, pengobatan mungkin tidak diperlukan. Sebagai gantinya, dokter mungkin akan merekomendasikan istirahat di rumah dan perawatan mandiri dengan tindak lanjut yang ketat. Perawatan di rumah untuk listeriosis mirip dengan perawatan untuk penyakit bawaan makanan atau keracunan makanan.

Pengobatan rumahan listeriosis

Untuk pengobatan infeksi ringan, ini cara yang bisa dilakukan:

  • Jaga hidrasi. Minum air dan cairan bening seperti sup bila mengalami muntah dan diare
  • Penggunaan bergantian asetaminofen dan obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengurangi demam dan nyeri otot
  • Menerapkan diet BRAT. Sementara usus kembali normal, makan makanan yang mudah diproses dapat membantu, seperti pisang, nasi, saus apel, dan roti panggang. Hindari makanan pedas, susu, alkohol, atau makanan berlemak seperti daging

Obat-obatan

Bila gejala parah atau memburuk, atau menunjukkan gejala infeksi lanjut, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik. Pasien mungkin perlu dirawat inap dan diberikan obat secara intravena. Antibiotik melalui infus dapat membantu menghilangkan infeksi, dan staf rumah sakit dapat mengawasi komplikasi.

Pengobatan pada ibu hamil

Bila ibu hamil mengalami listeriosis, dokter mungkin akan memulai pengobatan dengan antibiotik. Dokter juga akan memonitor bayi bila ada tanda bila ada masalah. Bayi baru lahir dengan infeksi listeriosis akan menerima antibiotik sesegera mungkin saat ia lahir.

Pemulihan dari infeksi ringan juga mungkin cepat. Umumnya kondisi akan membaik sekitar 3-5 hari.

Bila mengalami infeksi lanjut, pemulihan akan bergantung pada tingkat keparahan infeksi. Bila infeksi menjadi invasif, pemulihan mungkin bisa sampai sekitar 6 minggu. Mungkin seseorang juga perlu dirawat di rumah sakit selama masa pemulihan sehingga bisa menerima antibiotik dan cairan intravena.

Bayi yang terlahir dengan infeksi ini mungkin akan diberikan antibiotik selama beberapa minggu sementara tubuhnya akan melawan infeksi. Ini kemungkinan akan mengharuskan bayi baru lahir untuk tetap dirawat di rumah sakit.

6. Pencegahan listeriosis

ilustrasi mencuci buah (pexels.com/Any Lane)

Berhati-hati dengan apa yang kamu makan dan bagaimana kamu menyimpan makanan, khususnya saat hamil, dapat membantu mengurangi risiko terkena listeriosis. Sebagai informasi, ibu hamil 20 kali lebih mungkin terkena penyakit ini. Berikut ini adalah beberapa tips untuk mengurangi risiko terkena listeriosis:

  • Hindari hot dog, daging luncheon, serta sosis kering atau fermentasi (daging deli) kecuali bila sudah dipanaskan hingga suhu internal 73, 8 derajat Celcius atau sampai mengepul panas sesaat sebelum disajikan
  • Hindari cairan dari hot dog dan daging olahan lainnya, peralatan, dan permukaan wadah atau talenan saat mempersiapkan makanan. Cuci tangan setelah mengolah atau mempersiapkan daging atau benda-benda tersebut
  • Hindari keju lunak seperti feta, queso blanco, queso fresco, brie, Camembert, blue-veined, atau panela (queso panela), kecuali diberi label yang jelas dibuat dengan susu pasteurisasi
  • Hindari daging olesan (meat spread) atau pate dari kulkas atau konter daging berpendingin. Makanan yang tidak perlu disimpan di lemari pendingin, seperti pate kalengan atau yang bisa disimpan di rak makanan biasa, aman untuk dikonsumsi tetapi tidak disarankan untuk dimasukkan ke kulkas setelah dibuka
  • Hindari sushi, daging yang belum matang sepenuhnya, telur mentah, dressing Caesar salad, mayones, susu mentah, dan produk apa pun yang terbuat dari susu mentah
  • Cuci buah dan sayuran dengan saksama sebelum mengolahnya
  • Panaskan makanan sisa hingga panas. Jangan mengonsumsinya setelah beberapa hari
  • Jaga suhu lemari es pada suhu 4,4 derajat Celcius atau lebih rendah, dan freezer pada suhu -17,7 derajat Celcius atau lebih rendah, walau sebetulnya Listeria masih bisa hidup pada suhu ini
  • Bungkus makanan dengan bungkus plastik atau foil, atau simpan di kontainer makanan atau kantong plastik bersih tertutup, sebelum kamu menyimpannya di kulkas. Pastikan jenis makanan tertentu, seperti cairan daging mentah, tidak mengenai makanan lain
  • Bersihkan semua tumpahan di lemari es segera—terutama cairan dari sosis atau produk daging lainnya
  • Cuci permukaan tempat kamu menyiapkan makanan secara menyeluruh dengan air sabun hangat, terutama talenan
  • Cuci lap piring, handuk, dan tas belanjaan kain sesering mungkin, dengan menggunakan air panas
  • Cuci tangan dengan air hangat dan sabun selama 20 detik sebelum dan setelah menyiapkan atau mengolah makanan

Itulah fakta medis listeriosis, infeksi akibat bakteri Listeria. Listeriosis adalah penyakit yang serius, tetapi dapat dicegah dan diobati. Cegah dengan menerapkan hidup sehat dan bersih dengan cara-cara di atas. Bila mengalami gejalanya, segera periksakan diri ke dokter, terutama bila kamu berisiko tinggi seperti sedang hamil, lansia, serta memiliki sistem imun yang lemah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team