Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasien katarak (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Intinya sih...

  • Di Indonesia, orang yang mengalami kebutaan berjumlah 1,6 juta orang, dengan sekitar 80 persen disebabkan oleh katarak.
  • Meski bisa menyebabkan buta, katarak sebenarnya sangat bisa direhabilitasi, yakni dengan operasi. Sayangnya, masih banyak orang dengan katarak yang belum menjalani operasi.
  • Alasan tidak menjalani operasi katarak termasuk kurang kesadaran (51,6 persen), masalah biaya (11,6 persen), dan takut operasi (8,1 persen).

Secara global, lebih dari 100 juta orang hidup dengan katarak dan 17 juta di antaranya mengalami kebutaan pada tahun 2020.

Di Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) menyebut, orang yang mengalami kebutaan berjumlah 1,6 juta orang, dengan sekitar 80 persen disebabkan oleh katarak.

Dalam rangka merayakan Bulan Kesadaran Katarak Sedunia pada bulan Juni, JEC Eye Hospitals and Clinics bersama PERDAMI menyelenggarakan JEC Eye Talks pada Kamis (27/6/2024) untuk menyebarkan informasi mengenai katarak.

1. Mayoritas pasien tidak menyadari mengalami katarak

ilustrasi cek mata (freepik.com/freepik)

Meski bisa menyebabkan buta, katarak sebenarnya sangat bisa direhabilitasi, yakni dengan operasi. Sayangnya, masih banyak orang dengan katarak yang belum menjalani operasi. 

Data dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyebutkan bahwa alasan utama banyaknya pasien katarak tidak mendapatkan tindakan adalah karena mereka tidak sadar memiliki gangguan penglihatan ini. 

Selain alasan tidak menyadari mengalami katarak (51,6 persen), masalah biaya (11,6 persen), dan takut operasi (8,1 persen) menjadi alasan lainnya. 

"Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat menekan angka kebutaan akibat katarak," ucap dr. Ahmad Ashraf Amalius, MPH, Sp.M(K), M.Kes, Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) PERDAMI, dalam JEC Eye Talks. 

2. Tantangan utama dalam menurunkan angka katarak

ilustrasi mengobati mata merah (pexels.com/KarolinaKaboompics)

Lebih lanjut, dr. Ashraf menjelaskan bahwa masalah pelayanan katarak secara garis besar bisa disingkat sebagai ABCD. Ini terdiri dari:

  • A: awareness (kesadaran). 
  • B: barriers to surgery (ketakutan, mitos, dan masalah medis lainnya).
  • C: cost (biaya). 
  • D: distance (jarak untuk mendapatkan operasi). 

Menurut dr.Ashraf, kerja sama lintas sektoral sangat penting untuk mengatasi masalah-masalah ini.

"Salah satu langkah penting adalah edukasi mengenai pemeriksaan mata rutin, yang krusial untuk pencegahan dan penanganan dini," tambah dr. Ashraf 

"Sinergi antara edukasi dan layanan medis yang optimal adalah kunci mengatasi masalah ini."

3. Pentingnya deteksi dini katarak

ilustrasi diskusi JEC Eye Talk (IDN Times/Rifki Wuda)

Menambahkan paparan dari dr. Ashraf, Direktur Utama RS Mata JEC Kedoya, Dr. dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K), menjelaskan pentingnya penanganan katarak sedini mungkin. Dengan penanganan yang cepat, pasien katarak bisa terhindar dari risiko komplikasi. 

"Dengan mengetahui kondisi katarak lebih awal, penyandang bisa terhindar dari risiko makin menurunnya kualitas hidup akibat pandangan yang makin kabur," jelas Dr. Setiyo. 

Selain itu, deteksi dini katarak memungkinkan pilihan pengobatan yang lebih bervariasi dan efektif. Misalnya, pada tahap awal, penggunaan kacamata atau lensa kontak mungkin masih cukup untuk mengatasi gejala katarak. Namun, jika katarak sudah berkembang, operasi pengangkatan lensa mungkin menjadi satu-satunya solusi.

"Pun bagi penderita katarak yang sampai tahap buta, tak perlu berkecil hati. Tindakan operasi katarak dengan beragam opsi merupakan solusi untuk mengembalikan kondisi pandangan seperti semula—sebelum terserang katarak. Dengan catatan, tidak ada kelainan pada saraf mata pasien," tambah Dr. Setiyo.

Operasi katarak adalah prosedur yang aman dan efektif, dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi. Teknologi medis yang terus berkembang telah membuat operasi katarak menjadi salah satu operasi paling umum dan berhasil di dunia.

Editorial Team