Mengapa Cacar Monyet Juga Dideteksi dengan Tes PCR?

Cacar monyet atau monkeypox yang beberapa waktu lalu dinyatakan sebagai darurat kesehatan global saat ini sudah ada kasusnya di Indonesia. Mendeteksi infeksi cacar monyet bisa dilakukan dengan tes PCR.
Juru bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH, menyebutkan bahwa Kemenkes telah menyiapkan sebanyak 1.200 reagen untuk pemeriksaan cacar monyet. Pemeriksaan PCR untuk mendeteksi cacar monyet saat ini baru bisa dilakukan di dua laboratorium, yaitu laboratorium rujukan nasional BKPK Kemenkes dan laboratorium Institut Pertanian Bogor.
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa tes PCR hanya dilakukan untuk pemeriksaan COVID-19. Lantas, mengapa cacar monyet juga dideteksi menggunakan tes PCR? Berikut penjelasannya!
1. Mengenal cacar monyet
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa cacar monyet dapat menimbulkan berbagai keluhan, seperti demam, pembesaran kelenjar getah bening, hingga munculnya lesi kulit yang khas. Kulit dapat muncul lenting berisi cairan di dalamnya, seiring waktu akan menjadi mengering membentuk keropeng.
Sama seperti virus lainnya, penyakit tersebut tidak bisa dinyatakan sebagai cacar monyet hanya dengan melihat gejala yang muncul saja. Sebab, gejala cacar monyet mirip beberapa penyakit kulit lainnya, seperti cacar air, campak, kudis, infeksi bakteri kulit, bahkan reaksi alergi.
Maka dari itu, dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan tujuan memastikan penyebab penyakit, mengutip penjelasan dalam laman American Society for Microbiology (ASM).