Mengapa Kehilangan Darah Bisa Menyebabkan Kematian?

Berita duka menyelimuti dunia. Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meninggal dunia setelah ditembak pada hari Jumat (8/7/2022). Rumah sakit yang merawatnya mengonfirmasi bahwa Abe meninggal dunia karena kehilangan darah.
Berapa banyak darah yang hilang untuk bisa menyebabkan efek tertentu dalam tubuh hingga bisa menyebabkan komplikasi yang berbahaya? Berikut ini pembahasannya.
Manusia bisa kehilangan darah sedikit tanpa mengalami efek samping atau komplikasi. Jumlah pastinya tergantung pada ukuran, usia, dan kondisi kesehatan secara umum.
Kehilangan darah biasanya diukur dalam persentase, bukan jumlah total. Pria dewasa rata-rata memiliki lebih banyak darah daripada kebanyakan perempuan dewasa. Artinya, mereka biasanya bisa kehilangan sedikit lebih banyak sebelum mengalami efek samping. Di sisi lain, anak-anak memiliki darah yang jauh lebih sedikit daripada orang dewasa, sehingga kehilangan darah yang sedikit pun dapat berdampak negatif pada anak.
Kehilangan darah tipikal (misalnya dari pengambilan sampel darah, menstruasi, atau mimisan) umumnya tidak akan menyebabkan komplikasi. Namun, mengalami cedera atau menjalani operasi dapat menyebabkan perdarahan hebat dan memerlukan transfusi sel darah merah.
1. Kehilangan 15 hingga 30 persen dari total volume darah
Jika kehilangan darah mencapai 15 hingga 30 persen dari total volume darah, seseorang biasanya akan merasakan efek samping ringan seperti mual. Jumlah tersebut meningkatkan detak jantung dan pernapasan. Keluaran urine dan tekanan darah akan menurun dan seseorang mungkin merasa cemas dan gelisah.
Tubuh akan mulai mengompensasi kehilangan darah dengan menyempitkan pembuluh darah di tungkai dan ekstremitas. Ini adalah upaya tubuh untuk menjaga tekanan darah dan aliran darah, kemudian menurunkan jumlah darah yang dipompa jantung di luar pusat tubuh. Kulit mungkin menjadi lebih dingin dan pucat.