Laporan terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menunjukkan bahwa infeksi akibat bakteri yang kebal terhadap banyak jenis antibiotik, dijuluki “nightmare bacteria”, melonjak tajam di Amerika Serikat (AS) antara tahun 2019 hingga 2023.
Carbapenem-resistant Enterobacterales (CRE), termasuk bakteri seperti E. coli dan Klebsiella pneumoniae, sudah kebal terhadap antibiotik carbapenem. Padahal, carbapenem adalah “obat terakhir” yang biasanya digunakan untuk mengatasi infeksi berat, termasuk infeksi yang sudah kebal terhadap antibiotik lain.
Di dalam kelompok ini ada jenis yang lebih berbahaya lagi, yaitu carbapenemase-producing CRE (CP-CRE). Bakteri ini menghasilkan enzim bernama carbapenemase yang mampu menghancurkan antibiotik carbapenem sebelum sempat bekerja. Akibatnya, pilihan pengobatan bagi dokter menjadi sangat terbatas.
Laporan CDC yang dipublikasikan di Annals of Internal Medicine ini menyoroti satu jenis CP-CRE yang paling cepat menyebar, yaitu New Delhi metallo-β-lactamase CRE (NDM-CRE). Jenis ini bahkan kebal terhadap antibiotik baru yang khusus dikembangkan untuk melawan infeksi resistan carbapenem.
Temuannya:
Antara 2019–2023, kasus CP-CRE yang dilaporkan di 29 negara bagian AS meningkat 69 persen.
Dalam periode yang sama, kasus NDM-CRE melonjak 461 persen.
Pada tahun 2020, CDC memperkirakan CRE menyebabkan 12.700 infeksi dan 1.100 kematian di AS.
Yang membuat NDM-CRE makin berbahaya adalah kemampuannya menyebarkan gen resistan ke bakteri lain, bahkan lintas spesies. Artinya, makin banyak bakteri yang bisa “belajar” menjadi kebal, infeksi pun makin sulit dikendalikan.
Lonjakan tajam ini oleh para ahli dianggap mengkhawatirkan karena membatasi kemampuan tenaga medis untuk mengobati beberapa infeksi bakteri paling serius.