Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kanker pankreas (pexels.com/Anna Tarazevich)
ilustrasi kanker pankreas (pexels.com/Anna Tarazevich)

Intinya sih...

  • Studi terbaru menunjukkan bahan kimia dalam asap rokok mengubah sistem imun, membuat kanker pankreas lebih cepat tumbuh dan menyebar.

  • Kanker pankreas memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun hanya 13%, dengan 67.000 kasus baru dan 52.000 kematian diperkirakan terjadi di AS pada 2025.

  • Berhenti merokok terbukti menurunkan risiko kanker pankreas secara signifikan dan menjadi langkah pencegahan paling efektif.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kanker pankreas dikenal sebagai salah satu jenis kanker paling mematikan. Tingkat kelangsungan hidup lima tahunnya hanya 13 persen, menjadikannya momok dalam dunia onkologi.

Menurut data GLOBOCAN 2022 (IARC/WHO), pada tahun 2022 tercatat 510.992 kasus baru kanker pankreas di dunia, dengan 467.409 kematian akibat penyakit ini. Di Indonesia, GLOBOCAN 2022 melaporkan 5.734 kasus baru kanker pankreas dan 5.833 kematian pada tahun yang sama. Menurut tinjauan terbaru, tingkat kelangsungan hidup lima tahun untuk kanker pankreas di seluruh dunia hanya sekitar 10 persen.

Selama puluhan tahun, merokok diketahui meningkatkan risiko kanker pankreas. Namun, bagaimana tepatnya asap rokok memicu pertumbuhan dan penyebaran tumor masih menjadi misteri. Kini, sebuah studi baru membuka tabirnya.

Bagaimana rokok memengaruhi kanker pankreas

Penelitian dari tim Universitas Michigan, Amerika Serikat, menggabungkan uji laboratorium, model hewan, dan jaringan pankreas manusia. Fokus mereka adalah sekelompok bahan kimia dalam asap rokok yang disebut aryl hydrocarbon receptor ligands (AhRLs), yang termasuk karsinogen berbahaya seperti dioksin.

Dalam percobaan, tikus yang dipaparkan ekstrak asap rokok atau 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin/TCDD (jenis AhR ligand yang sangat kuat) menunjukkan pertumbuhan tumor pankreas yang lebih cepat. Menariknya, hal ini hanya terjadi bila sistem imun tikus masih utuh. Artinya, bahan kimia rokok tidak secara langsung menyerang sel kanker, melainkan mengubah cara kerja sistem imun.

Kuncinya ada pada reseptor AhR pada sel T CD4+. Saat teraktivasi, sel-sel ini meningkatkan produksi molekul IL-22 dan memperbanyak jumlah Treg (regulatory T cells). Normalnya, Treg menjaga sistem imun agar tidak terlalu agresif. Namun, dalam konteks ini, Treg justru menghambat sel T CD8+, yang seharusnya bertugas membunuh sel kanker. Hasilnya, sistem imun tidak lagi melawan, melainkan memberi ruang bagi tumor untuk tumbuh.

Lebih jauh, paparan TCDD juga memicu perubahan prakanker pada pankreas. Jaringan pankreas manusia dari perokok memperlihatkan hal serupa: aktivasi jalur AhR lebih tinggi dan jumlah Treg lebih banyak, sebanding dengan riwayat merokok pasien.

Temuan ini membuka peluang pendekatan terapi baru, misalnya dengan memblokir aktivasi AhR atau mengurangi efek supresif dari Treg agar sistem imun kembali bisa melawan kanker. Namun, bukti saat ini masih berasal dari laboratorium, hewan, dan jaringan manusia, sehingga perlu penelitian klinis lebih lanjut sebelum bisa diadopsi dalam praktik medis.

Berhenti merokok!

ilustrasi berhenti merokok (freepik.com/freepik)

Walaupun studi ini masih dalam tahap awal, tetapi pesannya sangat jelas, bahwa berhenti merokok adalah salah satu langkah paling penting untuk menurunkan risiko kanker pankreas.

Berhenti merokok tidak hanya menurunkan risiko kanker pankreas, tetapi juga berbagai kanker lain, serta penyakit jantung dan paru-paru. Bahkan, mengurangi paparan sudah membantu, meski manfaat terbesar datang dari berhenti total.

Bagi perokok berat, konsultasi dengan dokter dapat membuka akses ke program pemantauan khusus atau strategi pengurangan risiko. Dokter juga dapat merekomendasikan terapi pengganti nikotin maupun obat untuk mengurangi keinginan merokok.

Selain itu, dukungan sosial terbukti melipatgandakan peluang sukses. Konseling, grup dukungan, hingga layanan berhenti merokok dapat membantu. Jika gagal pada percobaan pertama, jangan menyerah. Banyak orang butuh beberapa kali percobaan sebelum berhasil berhenti sepenuhnya.

Referensi

Premila Devi Leiphrakpam et al., “Trends in the Global Incidence of Pancreatic Cancer and a Brief Review of Its Histologic and Molecular Subtypes,” Journal of Gastrointestinal Cancer 56, no. 1 (February 24, 2025), https://doi.org/10.1007/s12029-025-01183-2.

International Agency for Research on Cancer. 2022. “GLOBOCAN 2022: Pancreatic Cancer Fact Sheet.” Lyon, France: International Agency for Research on Cancer. Diakses September 2025. https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/cancers/11-Pancreas-fact-sheet.pdf

International Agency for Research on Cancer. 2022. “GLOBOCAN 2022: Indonesia Fact Sheet.” Lyon, France: International Agency for Research on Cancer. Diakses September 2025. https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheet.pdf

Brian D. Griffith et al., “Aryl Hydrocarbon Receptor Ligands Drive Pancreatic Cancer Initiation and Progression Through Pro-tumorigenic T Cell Polarization,” Cancer Discovery, September 4, 2025, https://doi.org/10.1158/2159-8290.cd-25-0377.

Editorial Team