ilustrasi misophonia (pexels.com/Ivan Samkov)
Ciri utama misophonia adalah reaksi ekstrem, seperti kemarahan atau agresi terhadap orang yang mengeluarkan suara tertentu, mengutip Medical News Today.
Sekuat apa reaksi dan bagaimana seseorang dengan kondisi tersebut meresponsnya sangat bervariasi. Beberapa orang mungkin merasa terganggu atau lekas marah, sementara yang lain bisa menjadi sangat marah.
Baik laki-laki maupun perempuan dapat mengembangkan misophonia pada usia berapa pun, meskipun gejala biasanya mulai muncul pada akhir masa kanak-anak atau awal masa remaja.
Bagi banyak orang, episode pertama misophonia dipicu oleh satu suara tertentu, tetapi suara tambahan dapat menimbulkan respons seiring waktu. Penderitanya menyadari bahwa reaksi mereka terhadap suara tertentu berlebihan, dan intensitas perasaan mereka bisa membuat mereka berpikir bahwa mereka kehilangan kendali.
Studi telah mengidentifikasi reaksi berikut sebagai gejala misophonia:
- Kekesalan yang berubah menjadi kemarahan.
- Rasa jijik berubah menjadi marah.
- Menjadi agresif secara verbal kepada orang yang membuat kebisingan.
- Menjadi agresif secara fisik dengan objek karena kebisingan.
- Secara fisik menyerang orang yang membuat kebisingan.
- Mengambil tindakan mengelak di sekitar orang yang membuat suara pemicu.
Beberapa orang dengan kepekaan suara semacam ini mungkin mulai meniru suara-suara yang memicu reaksi marah dan agresif mereka.
Memikirkan tentang menghadapi suara yang memicu misophonia dapat membuat orang dengan kondisi tersebut merasa stres dan tidak nyaman. Secara umum, mereka mungkin memiliki lebih banyak gejala kecemasan, depresi, dan neurosis daripada yang lain.
Selain respons emosional, penelitian telah menemukan bahwa individu dengan misophonia umumnya mengalami sejumlah reaksi fisik, termasuk:
- Tekanan ke seluruh tubuh, terutama dada.
- Otot mengencang.
- Peningkatan tekanan darah.
- Detak jantung lebih cepat.
- Peningkatan suhu tubuh.
Laporan berjudul "Misophonia: Diagnostic Criteria for a New Psychiatric Disorder" dalam jurnal PLOS ONE tahun 2013 menemukan bahwa 52,4 persen partisipan dengan misophonia juga bisa didiagnosis dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (OCPD).