Berbondong-bondong orang berjemur di bawah sinar matahari. Hal tersebut sebenarnya bagus. Namun, di balik ramainya masyarakat berjemur di bawah matahari pagi, terdapat misinformasi yang cukup berbahaya, yaitu vitamin D dapat mencegah masuknya SARS-CoV-2.
Berbekal penelitian pada 6 Mei 2020 berjudul "The role of vitamin D in the prevention of coronavirus disease 2019 infection and mortality" oleh para peneliti Inggris, masyarakat dunia percaya bahwa vitamin D dapat mencegah penularan SARS-CoV-2.
Pada penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa terdapat korelasi antara rendahnya kadar vitamin D dengan tingginya angka penularan SARS-CoV-2 dan kematian yang diakibatkan oleh COVID-19. Kesimpulan yang diambil, banyak mengonsumsi suplemen vitamin D dianggap mencegah penularan SARS-CoV-2.
Namun, hal tersebut dibantah oleh ulasan cepat (rapid review) yang dirilis oleh Centre for Evidence-Based Medicine di bawah naungan University of Oxford pada 1 Mei 2020.
"Kami tidak menemukan bukti klinis hubungan (pencegahan) COVID-19 dengan vitamin D," sebut Joseph Lee, salah satu peneliti dari Centre for Evidence-Based Medicine.
Mereka juga mengungkap bahwa tidak ada hubungan konkret antara vitamin D dengan COVID-19.
Dalam sebuah riset gabungan pada Mei 2020 berjudul "Vitamin D and SARS-CoV-2 virus/COVID-19 disease", peneliti dari AS, Belgia, Inggris, dan Irlandia mengungkapkan bahwa pernyataan tersebut hanya berdasarkan dugaan semata.
"Himbauan (konsumsi suplemen vitamin D dosis tinggi sebagai strategi pencegahan terhadap COVID-19) tidak didukung oleh penelitian terkait terhadap manusia saat ini, melainkan lebih didasarkan pada spekulasi terhadap mekanisme terduga," papar studi yang diterbitkan pada jurnal BMJ Nutrition, Prevention & Health tersebut.
Meskipun suplemen vitamin D memang berguna untuk tubuh, konsumsi secara berlebih tanpa saran dokter malah menjadi "senjata makan tuan", terlebih bagi mereka yang memiliki rekam jejak medis yang bermasalah.
Dilansir dari situs Healthline, kelebihan vitamin D bisa menyebabkan:
- Gagal ginjal,
- Keropos tulang,
- Sembelit hingga diare,
- Dan kadar kalsium berlebih dalam darah yang menyebabkan pusing, mual, serta hilangnya nafsu makan.