ilustrasi rahim (pixabay.com/Therapractice)
Ovulasi biasanya terjadi sekitar dua minggu setelah hari pertama menstruasi. Selama dua minggu ini, terjadi perubahan hormonal yang merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur.
Setiap telur berkembang di dalam kompartemen mereka sendiri yang dikenal sebagai folikel. Stimulasi ovarium menyebabkan pembengkakan beberapa folikel untuk mempersiapkan mereka melepaskan sel telur yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Pada akhirnya, hanya satu dari folikel yang membengkak ini yang melepaskan sel telur ovum, yang memasuki tuba falopi, seperti dijelaskan dalam laman Verywell Health.
Saat pelepasan sel telur atau ovulasi, folikel dominan ini pecah dan melepaskan sel telur bersama sejumlah cairan. Kadang ada juga beberapa perdarahan dari folikel ovarium yang pecah. Cairan ini dan mungkin darah dilepaskan ke panggul. Ini disebut sebagai cairan bebas (cairan yang mengendap pada rongga perut) dan merupakan iritasi pada lapisan perut dan panggul yang mengandung serat nyeri. Cairan bebas juga dapat menyebabkan usus sedikit melambat. Perut mungkin membuncit karena gas cadangan, menambah ketidaknyamanan.
Dilansir UF Health, sekitar 20 persen persen perempuan mengalami nyeri hebat atau kram saat ovulasi. Mereka merasakan nyeri atau kram yang parah atau tajam di satu sisi perut bagian bawah. Meskipun mungkin ini terasa seperti ada sesuatu yang salah atau serius, tetapi mittelschmerz hampir tidak pernah serius.