Kemudian, Sharlini membicarakan AirScan, layanan deteksi udara dalam ruangan oleh Nusantics. Masih berupa riset, AirScan berawal dari periode anak kembali bersekolah pada 2021. Sebagai sosok ibu, Sharlini mengutarakan kekhawatirannya terhadap lingkungan sekolah buah hatinya.
"Kita takut [sekolah jadi] klaster penularan karena anak belum divaksinasi. Kita ingin mengupayakan lingkungan sekolah yang terjamin keamanan udaranya, viral load-nya tidak tinggi dan menenangkan orang tua," tutur Sharlini.
Sharlini mengatakan bahwa AirScan adalah hasil kerja sama dengan perusahaan bioteknologi asal Jerman, Sartorius. Jadi, bagaimana cara kerja AirScan? Sampel udara dikumpulkan oleh AirScan, lalu sampel tersebut dicek ke laboratorium untuk mengetahui paparan patogennya, dari COVID-19 sampai penyakit lainnya.
"Sampel udara diambil lewat AirScan, lalu dicek di laboratorium bakteri atau virusnya. Kerja sama dengan perusahaan bioteknologi Jerman, Sartorius.
AirScan adalah layanan pemindaian kualitas udara oleh Nusantics. (Dok. Nusantics)
Berbicara soal harga, Sharlini mengatakan bahwa produk AirScan tidak dijual karena "terbentur regulasi". AirScan masuk ke dalam program Kembali ke Sekolah bersama Nusantics yang sudah termasuk tes COVID-19 kumur BioSaliva.
Bagi yang berminat, ia mengatakan bahwa untuk sekali pemindaian udara indoor, harganya mencapai Rp3 juta dan ini sudah mencakup parameter keamanan serta kesehatan ruang kelas.
Jika alat deteksi udara lainnya hanya mengecek partikulat halus (PM), relative humidity (RH), dan temperatur udara, AirScan bisa mendeteksi hal-hal yang lebih dari itu. Dengan sampel udara AirScan, sampel ini bisa dianalisis untuk mendeteksi materi biologis, seperti bakteri hingga virus.