ilustrasi agonis beta-2 (unsplash.com/Christine Sandu)
Agonis beta diklasifikasikan berdasarkan onset (waktu timbul) dan durasi efek yang diciptakan. Dilansir National Center of Biotechnology Information, pengelompokan dipisah menjadi agonis beta kerja pendek (SABA), agonis beta kerja panjang (LABA), dan yang terbaru agonis beta kerja panjang (ultra-LABA). Berikut penjelasannya masing-masing:
Agonis beta kerja pendek (SABA)
Kategori SABA merupakan obat pertama guna menangani masalah asma akut dan eksaserbasi. Ciri khas dari kategori SABA yakni pemberiannya melalui inhaler atau inhalasi bubuk kering. Publikasi Penelitian Farmasi (Basel), inhalasi memiliki peningkatan fungsi terapeutik dan menurunkan efek samping sistemik.
Beberapa SABA yang umum ditemukan: Salbutamol, terbutalin, Levalbuterol, dan Pirbuterol.
Agonis beta kerja panjang (LABA)
Sering digunakan bersamaan dengan kortikosteroid inhalasi. LABA merupakan pengobatan lini kedua apabila SABA dan ICS belum cukup menghilangkan gejala asma. Obat-obatan di kategori ini memiliki onset durasi lebih dari 5 menit dibanding SABA dan durasi efek mencapai 12 jam.
Beberapa LABA yang umum ditemukan: Salmeterol dan formoterol.
Agonis beta kerja panjang (ultra-LABA)
Mendapat julukan ultra karena memiliki durasi efek hingga 24 jam. Indacaterol, salah satu obat kategori ultra-LABA, digunakan sebagai pengobatan pemeliharaan yang bisa dikombinasikan dengan bronkodilator lainnya. Manfaat lain dari kategori ini yaitu dosis pengobatan cukup sekali sehari.
Beberapa ultra-LABA yang umum ditemukan: Indacaterol, Olodaerol, Vilanterol, dan formoterol.