Faktanya, ini bukanlah studi pertama yang mengungkapkan hal tersebut. Dalam sebuah studi pracetak di Australia yang dimuat dalam medRxiv pada 22 Desember 2022, pemberian molnupiravir untuk pasien COVID-19 dengan masalah imun bisa memicu varian SARS-CoV-2 baru.
"Studi kami menunjukkan bahwa antivirus yang sering digunakan ini bisa memicu ledakan evolusi virus pada pasien dengan masalah imun dan berisiko memicu varian baru dan memperpanjang pandemi," ujar para peneliti di Hobart, Australia.
Dalam kasus ini, sistem imun pasien kesulitan memerangi SARS-CoV-2 sehingga memicu mutasi. Setelah menguji 9 pasien (5 pasien menerima molnupiravir), para peneliti Australia menemukan bahwa pasien yang diberikan molnupiravir menjadi "rumah" dari 30 varian baru dalam 10 hari pertama.
proses produksi Molnupiravir, kanidat obat COVID-19 dari Merck-Ridgeback (ici.radio-canada.ca)
Selain studi tersebut, sebuah studi pada Desember 2022 di The Lancet yang dilaksanakan oleh para peneliti Inggris yang terlibat dalam uji klinis PANORAMIC juga menguji keampuhan molnupiravir. Hasilnya, di kalangan pasien breakthrough infection COVID-19, molnupiravir memperlihatkan efektivitas minim.
Studi ini meneliti 26.411 pasien breakthrough infection COVID-19. Sekitar setengah partisipan menerima molnupiravir. Hasilnya, para peneliti mengiyakan kalau molnupiravir memang mengurangi keparahan dan mempercepat pemulihan pasien, tetapi obat ini tidak menurunkan angka kematian atau rawat inap di kalangan pasien berisiko tinggi.