ilustrasi paramedis dan ambulans (pexels.com/Mikhail Nilov)
Ada beberapa alasan mengapa sopir taksi dan ambulans memiliki risiko rendah meninggal karena penyakit Alzheimer.
Misalnya, kebutuhan sopir taksi dan ambulans untuk menghafal tata letak kota yang kompleks dan beradaptasi dengan cepat terhadap rute yang berubah dapat meningkatkan ketahanan kognitif, yang berpotensi menunda atau mengurangi timbulnya gejala Alzheimer.
Ada juga kemungkinan bahwa individu yang cenderung memiliki keterampilan navigasi yang lebih baik lebih cenderung menekuni profesi ini, yang dapat mendistorsi hasil.
Penelitian ini membuka jalan baru untuk memahami bagaimana faktor pekerjaan dapat memengaruhi risiko terkena penyakit Alzheimer. Meskipun mengemudi taksi dan ambulans tidak menjamin perlindungan terhadap demensia, tetapi tuntutan kognitif mereka yang unik memerlukan penyelidikan lebih lanjut tentang bagaimana tugas serupa dapat berkontribusi terhadap kesehatan otak dari waktu ke waktu.
Temuan ini dapat mengarah pada strategi inovatif yang bertujuan untuk mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer pada populasi yang lebih luas.
Referensi
Vishal R Patel et al., “Alzheimer’s disease mortality among taxi and ambulance drivers: population based cross sectional study,” BMJ, December 17, 2024, e082194, https://doi.org/10.1136/bmj-2024-082194.
"Scientists Believe People Who Work In These Two Jobs Have a Lower Risk of Alzheimer's". Euro News. Diakses pada Desember 2024.
"Do Taxi Drivers Really Have A Lower Risk Of Alzheimer’s Disease?" Forbes. Diakses pada Desember 2024.
"These Surprising Professions Have the Lowest Rate of Alzheimer’s Disease Deaths". Independent. Diakses pada Desember 2024.
"People with These Jobs Have Low Risk of Dying From Alzheimer's. Not Pilots or Doctors". India Today. Diakses pada Desember 2024.