ilustrasi kunyit bubuk (pexels.com/ Gilmer Diaz Estela)
Secara umum, kunyit—rempah berwarna keemasan yang biasa dipakai masakan—tidak berbahaya jika dikonsumsi dalam makanan. Namun, penggunaan suplemen dengan dosis besar kini makin populer, dan dokter melaporkan kenaikan kasus cedera hati akibat kunyit.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kunyit pada berbagai penyakit hanya menimbulkan peningkatan enzim hati yang sifatnya ringan, sementara, dan tidak menimbulkan gejala. Tidak ada laporan yang menunjukkan kerusakan hati akut yang jelas. Bahkan, kunyit sempat diteliti sebagai pengobatan untuk gangguan hati akut dan kronis. Meski efektivitas dan keamanannya belum terbukti kuat, tetapi penggunaan kunyit dan kurkumin juga tidak terbukti memperburuk kondisi hati yang sudah bermasalah.
Namun, belakangan ini mulai muncul laporan kasus orang yang mengalami kerusakan hati setelah mengonsumsi suplemen kunyit. Awalnya, kasus ini diduga disebabkan oleh faktor lain, seperti paparan zat lain atau kemungkinan adanya kontaminasi pada produk kunyit komersial. Salah satu alasan mengapa kurkumin dulu dianggap aman adalah karena penyerapannya di tubuh melalui mulut sebenarnya sangat rendah. Jadi, banyak yang meragukan apakah kunyit benar-benar terserap cukup banyak untuk memberikan efek positif maupun negatif.
Seiring waktu, mulai dikembangkan cara untuk meningkatkan penyerapan kurkumin dalam tubuh, misalnya dengan menambahkan piperin (zat dari lada hitam) atau teknologi nanopartikel lipid. Produk kunyit dengan penyerapan tinggi inilah yang dikaitkan dengan beberapa kasus kerusakan hati, bahkan pernah disebut sebagai penyebab wabah hepatitis akut dengan penyakit kuning di Italia.
Gejala kerusakan hati akibat kunyit dengan penyerapan tinggi kini lebih dipahami. Kerusakan hati bisa muncul beberapa minggu hingga delapan bulan setelah dikonsumsi, umumnya antara 1–4 bulan.
Gejalanya muncul perlahan, seperti badan lemas, mual, nafsu makan menurun, urine berwarna gelap, dan muncul penyakit kuning. Ruam dan demam biasanya tidak ada atau ringan.
Prednison telah digunakan untuk mengobati kasus hepatotoksisitas kunyit yang parah, tetapi kemungkinan besar tidak diperlukan karena pemulihannya cepat setelah produk herbal dihentikan. Meskipun laporan gagal hati akut telah dikaitkan dengan kunyit, tetapi sebagian besar kasus sembuh total tanpa bukti cedera kronis atau kerusakan saluran empedu. Pola cedera hepatoseluler dan frekuensi penyakit kuning menunjukkan bahwa kasus fatal dapat terjadi pada tingkat 10 per kasus penyakit kuning, terutama jika penggunaan produk tidak segera dihentikan.
Jadi, suplemen atau pil kunyit dosis tinggi terkait dengan kerusakan hati. Banyak kasus terjadi akibat kurkumin dengan penyerapan tinggi, tetapi ada juga laporan kasus dari bubuk kunyit murni atau teh herbal kunyit. Angka pasti kejadian kerusakan hati akibat kunyit tidak diketahui, tetapi kemungkinan sangat jarang.
Suplemen kunyit sebaiknya dihindari oleh orang dengan gangguan liver atau saluran empedu, karena dapat meningkatkan produksi empedu. Suplemen ini juga sebaiknya dihindari jika kamu sedang mengonsumsi antikoagulan (pengencer darah). Selalu berkonsultasi dengan dokter jika ingin mulai mengonsumsi suplemen, obat, atau herbal apa pun, khususnya jika kamu memiliki kondisi medis tertentu. Juga, selalu pilih produk berkualitas tinggi yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan keamanan dan kualitas produk.
Referensi
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, “Turmeric,” LiverTox - NCBI Bookshelf, June 16, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK548561/.
"Woman says NBC News report made her recognize liver damage from turmeric pills." NBC News. Diakses Juli 2025.
"Kurkum." World Health Organization. Diakses Juli 2025.
"Turmeric and Curcumin Side Effects." Healthline. Diakses Juli 2025.