Motilitas sperma diyakini jadi penyebab infertilitas pada laki-laki. Para peneliti menduga bahwa pajanan polutan udara saat spermatogenesis memengaruhi motilitas sperma. Mengutip penelitian sebelumnya, paparan polusi udara mengganggu sintesis protein yang diperlukan untuk motilitas sperma.
Kemudian, beda ukuran PM, beda juga dampaknya terhadap sperma. PM2,5 terlihat lebih membahayakan dibanding PM10 karena lebih dari 50 persen massa PM10 terdiri juga dari PM2,5. Oleh karena itu, bahkan efek PM10 terhadap motilitas sperma juga dipicu oleh PM2,5.
"Temuan kami menunjukkan bahwa ukuran PM yang lebih kecil (PM2,5) lebih berbahaya dibanding PM yang lebih besar (PM10) dalam memicu motilitas sperma yang buruk," tulis para peneliti.
Sementara mekanisme biologis yang menyebabkan berkurangnya motilitas sperma belum diketahui, para peneliti memiliki dugaan tersendiri. Baik PM2,5 dan PM10 memicu produksi oksigen reaktif berlebihan yang merusak sawar darah-testis, sehingga memengaruhi spermatogenesis dan mengurangi motilitas sperma.
Selain itu, paparan polusi udara menyebabkan inflamasi sistemik karena meningkatkan tingkat faktor nekrosis tumor (TNF) dan interleukin 1β yang dikaitkan dengan penurunan motilitas sperma. Oleh karena itu, stres oksidatif dan reaksi inflamasi olehn PM2,5 dan PM10 dikaitkan dengan penurunan motilitas sperma.