ilustrasi pemanis buatan (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
Baru-baru ini, para peneliti meneliti hubungan antara konsumsi erythritol dan risiko kardiovaskular. Mereka menemukan bahwa konsumsi erythritol meningkatkan risiko kardiovaskular, termasuk risiko serangan jantung atau stroke, trombosis, dan kematian terkait kejadian kardiovaskular. Studi berjudul "The artificial sweetener erythritol and cardiovascular event risk" diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine pada 27 Februari 2023.
Dalam studi, para peneliti pertama-tama menganalisis sampel darah dari 1.157 peserta. Mereka menemukan banyak senyawa yang terkait dengan risiko kardiovaskular. Namun, erythritol memiliki beberapa kaitan terkuat dengan risiko kejadian kardiovaskular.
Selanjutnya, para peneliti menganalisis sampel darah dari 2.149 partisipan dari Amerika Serikat (AS) dan dari 833 partisipan Eropa. Tingkat plasma erythritol lebih tinggi di antara peserta dengan penyakit kardiovaskular.
Mereka juga menemukan bahwa peserta dalam kohort AS dan Eropa dengan tingkat darah erythritol persentil 25 tertinggi adalah 2,5 dan 4,5 kali lebih mungkin untuk mengalami kejadian kardiovaskular dibandingkan mereka yang berada di persentil 25 terendah.
Setiap mikromol peningkatan kadar erythritol dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular, masing-masing sebesar 21 persen dan 16 persen di kohort AS dan Eropa.
Kemudian, para peneliti melihat bagaimana erythritol memengaruhi pembekuan darah. Melalui beberapa tes, mereka menemukan bahwa peningkatan kadar erythritol menunjukkan tingkat pembentukan gumpalan yang lebih tinggi dan peningkatan potensi trombosis.
Terakhir, para peneliti meneliti efek mengonsumsi makanan ringan atau minuman yang mengandung 30 gram erythritol pada 8 partisipan. Sementara tingkat erythritol rendah pada awal, mereka tetap 1.000 kali lipat lebih tinggi selama berjam-jam setelah konsumsi.
Kata penulis senior studi, Dr Stanley Hazen, penting untuk dilakukan studi keamanan lebih lanjut untuk menguji efek jangka panjang pemanis buatan secara umum, dan erythritol secara khusus, terhadap risiko serangan jantung dan stroke, terutama pada orang yang berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular.
Walaupun temuannya tampak meyakinkan, tetapi penelitian ini masih bersifat pendahuluan, dan temuan menunjukkan hubungan antara erythritol dan serangan jantung dan stroke, bukan hubungan sebab akibat.
Studi jangka panjang diperlukan untuk mengukur tingkat eritritol dan penanda aktivasi trombosit pada pasien yang sama, terutama yang mengalami serangan jantung dan stroke.
Selain itu, walaupun penyesuaian dibuat dalam studi tersebut untuk faktor risiko tradisional yang diketahui terlibat dalam penyakit kardiovaskular, termasuk usia, status merokok, tekanan darah, dan kadar kolesterol, tetapi ada kemungkinan bahwa perancu yang tidak terukur mungkin ada, seperti diet, yang dapat memengaruhi hasil, dilansir Medical News Today.