ilustrasi MRI otak (pexels.com/Anna Shvets)
Dokter menggunakan berbagai tes pencitraan yang berbeda untuk membantu menentukan penyebab epilepsi anak.
Dalam pemindaian MRI, medan magnet dan gelombang radio menghasilkan gambar otak 2D atau 3D yang terkomputerisasi. Dokter mungkin menggunakan MRI untuk melihat struktur otak dengan lebih baik dan mencari masalah apa pun yang mungkin menyebabkan kejang.
CT scan adalah jenis sinar-X yang menghasilkan gambar detail jaringan dan organ dalam. Pemindaian ini dapat membantu dokter mengidentifikasi kelainan otak yang mungkin menyebabkan kejang, seperti jaringan parut, tumor, atau kelainan bentuk pembuluh darah. Dokter juga dapat mengidentifikasi masalah sirkulasi cairan tulang belakang.
Pemindaian CT tidak sedetail pemindaian MRI, tetapi pemeriksaan ini cepat dan bisa membantu selama keadaan darurat.
- Single-photon emission CT
 
Ini adalah alat pencitraan yang mengungkapkan aliran darah di otak.
Selama tes, sejumlah kecil senyawa radioaktif disuntikkan ke pembuluh darah di lengan anak. Senyawa ini mengalir ke berbagai wilayah otak, dan partikel yang dipancarkannya diukur. Jumlah partikel yang banyak menandakan aliran darah yang lebih banyak pada suatu area tertentu.
Hasil tes ditampilkan sebagai gambar di monitor komputer, dengan warna berbeda yang mewakili tingkat aliran darah berbeda. Jika pemindaian dilakukan selama atau segera setelah kejang, hal ini mungkin menunjukkan peningkatan aliran darah di area otak tempat kejang terjadi.
Komputer dapat membandingkan hasil CT scan emisi foton tunggal dengan hasil yang diperoleh segera setelah kejang untuk menunjukkan dengan lebih baik dari mana kejang berasal di otak.
Pemindaian PET menggunakan sejumlah kecil glukosa radioaktif, atau gula, untuk menghasilkan gambaran otak secara detail. Hal ini memungkinkan dokter untuk melihat aliran darah dan aktivitas sel otak serta menentukan seberapa baik otak memetabolisme gula.
Pemeriksaan ini membantu dokter anak menentukan seberapa baik otak berfungsi dan mengidentifikasi area otak tempat terjadinya kejang fokal. Area yang tidak menggunakan gula dengan baik sering kali merupakan bagian otak yang sama dengan tempat terjadinya kejang.
- Magnetic resonance (MR) spectroscopy
 
Ini menggunakan mesin MRI untuk menganalisis komponen molekuler jaringan di area tertentu di otak. Hal ini membantu dokter membedakan kejang dari kondisi lain, seperti kelainan metabolisme, tumor, atau stroke. Ini juga memberi dokter cara lain untuk melihat jaringan yang mungkin menyebabkan kejang.
MRI fungsional menggunakan mesin MRI standar untuk mengidentifikasi fungsi otak selama tugas tertentu. Tes ini mengukur perubahan oksigen dan aliran darah ke area tertentu di otak selama tugas tertentu.
Selama tes ini, dokter mungkin meminta anak untuk melakukan tugas berulang-ulang, seperti membaca paragraf pendek atau mengucapkan kata-kata sederhana. Area otak yang digunakan untuk tugas-tugas ini kemudian disorot saat pemindaian.
Dengan menganalisis data ini, dokter dapat menentukan area otak yang penting untuk bahasa atau memori, yang penting ketika mempertimbangkan perawatan bedah untuk kejang.
Ini adalah teknik pencitraan untuk mengidentifikasi dan menganalisis aktivitas otak. Cara kerjanya adalah dengan mencatat dan mengukur medan magnet yang dihasilkan di otak.
Detektor yang ditempatkan di dekat kepala merekam gelombang magnet di antara kejang, yang kemudian dipetakan dalam tiga dimensi pada gambar MRI atau CT otak anak. Tes ini dapat membantu dokter memusatkan perhatian pada bagian otak tempat terjadinya kejang, dan melihatnya dalam tiga dimensi. Ini juga dapat membantu memetakan area otak yang bertanggung jawab atas gerakan, indra, dan bahasa.
- Electrical source imaging
 
Electrical source imaging menggunakan rekaman EEG kepadatan tinggi. Hal ini dilakukan melalui jaringan 128 hingga 256 sensor yang ditempatkan di atas kepala, dikombinasikan dengan pencitraan otak MRI dan model matematika untuk memetakan area otak yang bertanggung jawab menghasilkan aktivitas epilepsi.
Tes rawat jalan serupa dengan EEG biasa, berlangsung sekitar satu jam, mencatat aktivitas yang terjadi di antara kejang, yang dikenal sebagai aktivitas interiktal. Para ahli menganalisis data untuk memahami sumber aktivitas di otak dan membantu merencanakan pembedahan untuk pengobatan kejang yang tidak terkontrol.