Infeksi telinga dimulai ketika cairan yang mengandung bakteri, virus, atau jamur terperangkap di telinga. Seiring waktu, kuman yang terperangkap ini dapat berkembang menjadi infeksi telinga.
Kuman ini sering kali berasal dari penyakit lain yang menyebabkan pembengkakan dan kemacetan di saluran hidung dan tenggorokan. Itu sebabnya gejala infeksi telinga bisa muncul 2–7 hari setelah timbulnya pilek atau infeksi saluran pernapasan atas. Namun, kuman juga bisa berasal dari air tempat kamu berenang atau mandi.
Beberapa faktor pemicu infeksi telinga adalah kelembapan pada telinga, kebiasaan mengorek/menggaruk telinga, penggunaan korek kuping untuk membersihkan telinga, penggunaan headphone atau ear plug secara teratur dalam jangka waktu lama, penggunaan seprai/handuk kotor, dan lain-lain.
Ada beberapa faktor risiko infeksi telinga yang diketahui, yang meliputi:
- Riwayat keluarga dengan masalah telinga.
- Kelembapan pada telinga.
- Kebiasaan mengorek/menggaruk telinga.
- Penggunaan korek kuping untuk membersihkan telinga.
- Penggunaan headphone atau ear plug secara teratur dalam jangka waktu lama.
- Penggunaan seprai atau handuk kotor.
- Diagnosis medis tertentu, seperti langit-langit mulut sumbing dan sindrom Down, disebabkan oleh perbedaan struktur dan fungsi otot pada saluran eustachius, yang mencegah keluarnya cairan.
- Merokok atau paparan asap rokok. Asap rokok merupakan bahan iritan yang menyebabkan pembengkakan di bagian belakang hidung dan lapisan saluran eustachius yang dapat menyebabkan penyumbatan saluran pembuangan cairan.
- Anak-anak yang berada di tempat penitipan anak cenderung mengalami infeksi telinga lebih sering.
- Minum dari botol sambil berbaring dapat meningkatkan risiko infeksi telinga pada bayi.
- Perforasi traumatis pada gendang telinga.
Selain itu, siapa pun yang mengalami peradangan kronis pada saluran eustachius akibat sinusitis berulang, alergi, refluks, atau sering pilek berisiko lebih tinggi terkena infeksi telinga tengah.