Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kaki bengkak (pixabay.com/yogaphysique)

Intinya sih...

  • Neuropati diabetik dan neuropati sensorik serat kecil dapat menjadi penyebab kaki terasa panas, disertai nyeri dan hilangnya sensasi.
  • Erythromelalgia adalah gangguan langka yang dapat menyebabkan rasa sakit seperti terbakar pada kaki dan tangan.
  • Kekurangan vitamin B, neuropati alkoholik, penyakit Charcot-Marie-Tooth, dan gagal ginjal juga bisa menjadi penyebab kaki terasa panas.

Sensasi terbakar kaki bisa terasa sangat tidak nyaman dan membuatmu sulit menjalani hari. Gejalanya bisa terasa panas dan nyeri serta lebih intens pada malam hari.

Beberapa orang mengira sensasi panas di kaki adalah masalah kecil dan mencoba mengobatinya di rumah. Namun, pada kenyataannya, jika kamu secara konsisten mengalami rasa terbakar di kaki, ini bisa menjadi salah satu tanda dari kondisi yang lebih serius.

Berikut adalah beberapa penyebab paling umum kaki terasa panas.

1. Neuropati

Neuropati ialah istilah yang mengacu pada penyakit apa pun yang menyebabkan masalah pada saraf. Ada dua jenis neuropati yang dapat menyebabkan gejala kaki terbakar, yaitu neuropati diabetik dan neuropati sensorik serat kecil.

Neuropati diabetik dapat merusak saraf dan pembuluh darah di tubuh karena gula darah yang tinggi. Hal ini menyebabkan rasa terbakar yang terkadang disertai nyeri atau kesemutan di kaki. Sementara itu, pada neuropati sensorik serat kecil, biasanya disertai nyeri dan hilangnya sensasi di kaki.

2. Erythromelalgia

ilustrasi erythromelalgia (unsplash.com/Jan Romero)

Ini adalah gangguan langka yang dapat menyebabkan rasa sakit yang terasa seperti terbakar, peningkatan suhu kulit, dan kemerahan pada jari kaki dan telapak kaki. Tangan juga mungkin terpengaruh. 

Belum diketahui penyebab pasti erythromelalgia. Serangan dapat kambuh hanya pada waktu tertentu dan berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa hari atau rasa sakit yang membakar mungkin terus menerus. Area tubuh yang terpengaruh mungkin menjadi lunak, bengkak, dan hangat.

3. Penggunaan alkohol

Orang yang mengonsumsi banyak alkohol berisiko mengalami kerusakan saraf yang disebut neuropati alkoholik. Menurut studi, kondisi ini dapat menyebabkan nyeri, kesemutan, dan kelemahan pada kaki. Gejala lain yang menyertai mungkin termasuk:

  • Kelemahan otot.
  • Masalah dengan gaya berjalan.
  • Nyeri terbakar.
  • Hipersensitivitas terhadap rasa sakit.

Perawatan untuk kondisi ini melibatkan menghentikan penggunaan alkohol dan menerapkan pola makan seimbang yang menyediakan nutrisi yang diperlukan, terutama vitamin B. Strategi ini dapat membantu mencegah gejala menjadi lebih buruk dan dapat memperbaiki kerusakan dalam beberapa kasus.

4. Complex regional pain syndrome

ilustrasi complex regional pain syndrome (freepik.com/fabrikasimf)

Complex regional pain syndrome (CRPS) terjadi pada anggota tubuh, paling sering setelah cedera atau pembedahan. Ini melibatkan kerusakan saraf yang memengaruhi pensinyalan dari otak dan tulang belakang.

Gejalanya meliputi:

  • Nyeri yang tidak beralasan atau tiba-tiba yang dapat bersifat konstan atau berubah seiring dengan aktivitas.
  • Rasa sakit yang berlebihan atau berlangsung lama setelah penggunaan atau kontak.
  • Perubahan suhu kulit, warna kulit, atau pembengkakan pada anggota tubuh yang terkena.
  • Perubahan tekstur kulit.
  • Berkeringat dan pertumbuhan kuku dan rambut.
  • Kekakuan pada sendi yang terkena.
  • Penipisan tulang atau pertumbuhan tulang berlebih.
  • Gangguan kekuatan otot dan gangguan pergerakan.

Sebagian besar kasus CRPS berkembang setelah cedera saraf atau trauma. Namun, tidak semua orang yang mengalami cedera akan mengalami CRPS. Faktor genetik juga turut berperan.

5. Defisiensi nutrisi

Kekurangan beberapa jenis vitamin B dapat menyebabkan sensasi kaki terbakar. Selama Perang Dunia II, diperkirakan sepertiga tawanan perang Amerika di Pasifik mengalami sindrom kaki terbakar yang disebabkan oleh malnutrisi.

Pada populasi saat ini, terutama di kalangan lanjut usia, kerusakan saraf dapat terjadi karena kekurangan vitamin B12, B6, dan B9.

Kekurangan vitamin B ini dapat menyebabkan sensasi terbakar pada kaki dan masalah koordinasi otot.

Anemia atau kekurangan sel darah merah yang sehat, juga bisa disebabkan oleh kekurangan vitamin B. Gejala anemia defisiensi vitamin lainnya termasuk kelelahan, pusing, dan sesak napas.

6. Gangguan Charcot-Marie-Tooth

ilustrasi mati rasa pada kaki (freepik.com/fabrikasimf)

Ini adalah gangguan neurologis bawaan yang dapat menyebabkan kerusakan pada saraf tepi tungkai dan kaki. Jika terus dibiarkan, kerusakan akan menjadi makin buruk.

Penyakit Charcot-Marie-Tooth memengaruhi otot dan saraf ekstremitas yang menyebabkan kelemahan abnormal dan memengaruhi lengkungan kaki. Stres abnormal pada kaki ini sering kali membuat individu memerlukan penyangga agar berfungsi dengan baik.

7. Penyakit ginjal

Saat ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik, limbah akan mulai menumpuk di darah. Ini selanjutnya bisa memunculkan berbagai komplikasi, seperti periferal neuropati, yang gejalanya meliputi nyeri dan sensasi terbakar pada kaki.

Dilaporkan hingga 10 persen pasien penyakit ginjal juga mengalami pembengkakan, nyeri, dan sensasi terbakar di kaki bagian bawah. Orang yang menjalani dialisis mungkin juga mengalami nyeri kaki seperti terbakar karena prosedur dialisis menghilangkan tiamin atau vitamin B1 dari darah. Kabar baiknya, saat ini, hal ini jarang terjadi karena kebanyakan orang menerima tiamin tambahan sebagai bagian dari pengobatan.

Gagal ginjal juga dapat menyebabkan:

  • Pembengkakan.
  • Kelemahan dan mati rasa.
  • Gatal.
  • Sakit kepala.
  • Kelelahan dan masalah tidur.
  • Kebingungan.
  • Nyeri.
  • Nyeri atau kekakuan sendi.

8. Kondisi kulit

ilustrasi telapak kaki (pexels.com/Susanne Jutzeler, suju-foto)

Infeksi kulit terkadang dapat menyebabkan rasa terbakar, khususnya infeksi jamur seperti kurap kaki (athlete's foot/tinea pedis), yang biasanya juga menyebabkan rasa gatal yang hebat.

Beberapa penyakit kulit, seperti psoriasis, dapat menyebabkan rasa terbakar dan gejala lain seperti kulit gatal dan bersisik. Reaksi alergi juga dapat menyebabkan rasa terbakar disertai ruam.

9. Tarsal tunnel syndrome

Tarsal tunnel syndrome mengacu pada kondisi ketika mana saraf yang membentang dari pergelangan kaki ke telapak kaki terjepit karena pembengkakan atau cedera. Hal ini dapat menyebabkan nyeri yang tajam, menusuk, atau menjalar di kaki, yang dapat menjalar ke kaki atas.

Penyebab pasti tarsal tunnel syndrome tidak diketahui, tetapi 43 persen orang dengan kondisi ini pernah mengalami cedera atau trauma, seperti pergelangan kaki terkilir.

Pengobatan dini sering kali dapat memperbaiki gejala.

Jika kamu sering mengalami sensasi terbakar di kaki, jangan selalu mengabaikannya. Penting untuk bekerja sama dengan dokter guna mengidentifikasi dan mengobati penyebab yang mendasarinya.

Referensi

"10 Illnesses That Can Cause a Burning Feeling in Your Feet." Arizona Foot Health. Diakses April 2025.
"Erythromelalgia." Cleveland Clinic. Diakses April 2025.
Kanwaljit Chopra and Vinod Tiwari, “Alcoholic Neuropathy: Possible Mechanisms and Future Treatment Possibilities,” British Journal of Clinical Pharmacology 73, no. 3 (October 11, 2011): 348–62, https://doi.org/10.1111/j.1365-2125.2011.04111.x.
"Complex Regional Pain Syndrome." National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Diakses April 2025.
"Burning Feet & B Vitamins | Fort Worth Podiatrist." Ankle and Foot Institute of Texas. Diakses April 2025.
"Burning Feet: Causes, Diagnosis, and Treatment." WebMD. Diakses April 2025.
"Causes of Burning in the Feet." Healthline. Diakses April 2025.
"What Causes a Burning Sensation in Your Feet?" Health. Diakses April 2025.
Kiel J, Kaiser K. "Tarsal Tunnel Syndrome." [Updated 2024 Feb 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513273/
Jean-Paul Kovalik and Eugene C. Kovalik, “Endocrine and Neurologic Manifestations of Chronic Kidney Disease,” in Elsevier eBooks, 2009, 514–24, https://doi.org/10.1016/b978-1-4160-5185-5.00061-4.

Editorial Team