Ilustrasi makanan fortifikasi (pexels.com/Flo Dahm)
Era modern dengan kehidupan modern yang serba canggih menuntut gaya hidup sedentary, dimana masyarakat lebih banyak duduk dan diam dalam ruangan. Bagaimana tidak? Kehidupan masyarakat kini serba dimudahkan dengan adanya teknologi sehingga meminimalkan pergerakan dalam keseharian.
Kehidupan masyarakat modern yang didominasi industri tentu membuat manusia lebih banyak dalam ruangan serta terlindung dari paparan cahaya matahari. Padahal, cahaya matahari merupakan sumber vitamin D utama. Jadi, bisa dipastikan dengan gaya hidup seperti sekarang ini, manusia modern cenderung kekurangan vitamin D.
Sebuah penelitian dalam jurnal National Library of Medicine berjudul "Hypovitaminosis D and Its Association with Lifestyle Factors" yang dipublikasikan tahun 2015 dengan tujuan untuk mengetahui level vitamin D dan korelasinya dengan gaya hidup. Penelitian tersebut melibatkan 88 subjek yang berusia 18-40 tahun dengan beragam aktivitas fisik, tempat kerja, durasi paparan sinar matahari, status pendidikan, dan kondisi sosioekonomi.
Hasilnya, Kadar vitamin D pada populasi yang berhubungan dengan jenis kelamin perempuan, aktivitas fisik yang kurang, pekerjaan di dalam ruangan, paparan sinar matahari yang kurang, pendidikan yang lebih tinggi, kelas sosio ekonomi yang lebih tinggi, dan warna kulit yang pucat relatif rendah.
Mengonsumsi makanan yang telah difortifikasi dengan vitamin D bisa dikatakan sebagai strategi yang efektif untuk pemenuhan kebutuhan vitamin D di zaman modern seperti sekarang ini. Makanan yang difortifikasi berarti diperkaya dengan zat gizi tertentu. Misalnya, susu, tepung, bumbu-bumbu masak, roti yang difortifikasi dengan vitamin-vitamin tertentu.