ilustrasi operasi otak (brain-surgery.com)
Pada umumnya, sekitar setengah dari pasien yang baru terdiagnosis dengan epilepsi dapat bebas dari kejang dengan mengonsumsi obat antiepilepsi. Akan tetapi, bila obat tersebut tidak menunjukkan hasil yang positif, dokter mungkin menyarankan pembedahan atau terapi lain. Beberapa pasien yang telah menjalani operasi mungkin dapat mengurangi obat antikejang atau berhenti meminumnya.
Operasi yang paling umum dilakukan adalah reseksi, dilansir Healthline. Reseksi merupakan pengangkatan bagian otak yang menyebabkan kejang. Biasanya, lobus temporal adalah bagian otak yang menyebabkan kejang. Bagian otak ini bisa diangkat melalui prosedur lobektomi temporal. Pada beberapa kasus, operasi ini dapat efektif menghentikan aktivitas kejang.
Saat operasi, beberapa pasien mungkin perlu tetap dalam kondisi sadar saat prosedur medis tersebut berlangsung. Tujuannya agar dokter bisa berbicara dengan pasien dan menghindari kesalahan pengambilan otak yang mengontrol fungsi penting, seperti penglihatan, pendengaran, ucapan, atau gerakan.
Bila area otak penyebab epilepsi terlalu besar atau terlalu penting untuk diangkat, ada prosedur lain yang bisa dilakukan, yaitu multiple subpial transection atau disconnection. Ini dilakukan dengan cara membuat pemotongan di otak untuk mengganggu jalur saraf, dengan tujuan agar kejang tidak menyebar ke area lain di otak.
Sama seperti operasi apa pun, operasi pada kasus epilepsi juga punya beberapa risiko, seperti reaksi buruk terhadap anestesi, pendarahan, dan infeksi. Pembedahan otak juga berpotensi menyebabkan perubahan kognitif. Karenanya, keputusan untuk operasi harus dipertimbangkan secara matang dan didiskusikan terlebih dahulu dengan dokter.