Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anatomi kelenjar tiroid pada manusia (commons.wikimedia.org/purple carrot nutrition)

Tiroid adalah salah satu kelenjar yang berperan penting bagi metabolisme tubuh manusia. Kelenjar ini terletak di bagian depan bawah leher (trakea) dan bentuknya terlihat mirip kupu-kupu. Meskipun tampak kecil, kelenjar tiroid bertugas sebagai penghasil hormon yang dibutuhkan oleh organ-organ tubuh.

Ya, tiroid berfungsi sebagai pabrik pembuatan hormon triiodothyronine (T3), kalsitonin, dan tiroksin (T4). Hormon-hormon ini bertugas untuk menyeimbangkan metabolisme tubuh manusia, mulai dari kerja jantung, otak, hati, ginjal, dan sebagainya. Jika terdapat kelainan pada kelenjar tiroid, metabolisme tubuh juga akan terganggu.

Pada umumnya, gangguan tiroid terbagi menjadi dua jenis besar, yakni hipertiroidisme dan hipotiroidisme. Apa perbedaan keduanya? Bagaimana gejala dan cara pengobatannya? So, langsung saja simak artikelnya, ya.

1. Pengertian hipertiroidisme dan hipotiroidisme

ilustrasi pemeriksaan tiroid (pix4free.org/Nick Youngson)

Dilansir laman Endocrine Web, hipertiroidisme diartikan sebagai kondisi di mana jumlah hormon tiroid terlalu banyak di dalam tubuh. Sebaliknya, jika jumlah hormon tiroid terlalu sedikit di dalam tubuh dinamakan hipotiroidisme. Untuk menentukan diagnosis yang valid, seseorang diwajibkan melakukan serangkaian tes di laboratorium.

Biasanya, dokter akan meminta hasil tes berupa T3, T4, T3RU, dan TSH. T3 berkaitan dengan jumlah hormon triiodothyronine. Lalu, T4 menunjukkan jumlah thyroxine yang dihasilkan kelenjar tiroid. Adapun, tes T3RU diperlukan untuk mengetahui seberapa kuat kemampuan tubuh dalam mengikat hormon (disebut juga globulin pengikat hormon tiroksin). Sementara, TSH merujuk pada thyroid-stimulation hormone.

Pemeriksaan darah detail mengenai jumlah hormon akan memberikan gambaran tentang kondisi kelenjar tiroid seseorang. Bahkan, globulin yang bertugas mengikat tiroksin (TBG) juga mampu memberikan gambaran tentang kerja ginjal akibat suplai hormon tiroid yang terganggu.

 

2. Perbedaan dilihat dari gejalanya

ilustrasi selalu lelah tanpa sebab (unsplash.com/Adrian Swancar)

Meskipun keduanya terkait dengan kelenjar yang sama, gejala yang ditimbulkan bisa sangat berbeda. Nah, untuk hipertiroidisme umumnya memiliki gejala:

  • Jantung berdebar-debar tanpa sebab. Biasanya, penderita akan merasa jantung berdetak keras dan intens dari waktu ke waktu.
  • Pada saat diluruskan ke depan, kedua tangan akan terasa bergetar atau tremor.
  • Penurunan berat badan meski makan secara normal.
  • Ada benjolan di leher.
  • Mata agak membesar dari biasanya.
  • Penderita mudah merasa kepanasan meskipun suhu di sekitarnya normal.
  • Penderita kerap lelah, letih, pusing, dan tidak memiliki energi.
  • Penderita sulit tidur, bahkan ketika lelah atau letih.
  • Penderita sering merasa gugup dan sensitif.
  • Pada beberapa kasus, ada peningkatan intensitas buang air kecil dan besar.

Sementara itu, beberapa gejala yang sering tampak ketika seseorang mengalami hipotiroidisme:

  • kenaikan berat badan meski menjalankan pola makan ketat;
  • kerap mengalami susah buang air besar;
  • wajah cenderung bengkak atau membesar;
  • ada perubahan pada suara (biasanya terdengar agak parau);
  • mudah lelah dan kekurangan energi untuk beraktivitas;
  • kulit sering menjadi kasar dan munculnya kapalan di telapak kaki yang cukup mengganggu;
  • sensitif terhadap cuaca yang dingin dan lembap; dan
  • denyut nadi lebih lambat dari biasanya.

Jika mengalami gejala-gejala di atas, ada baiknya kamu segera periksakan diri ke dokter. Pasalnya, baik hipertiroidisme dan hipotiroidisme sering terjadi tanpa disadari oleh penderitanya. Perlu diingat juga ketika fungsi kelenjar tiroid terganggu, itu akan menyebabkan organ-organ tubuh lainnya juga tidak bekerja optimal.

3. Penyebab kelebihan dan kekurangan hormon tiroid

ilustrasi pemeriksaan kelenjar tiroid (medicalnewstoday.com)

Seperti ditulis dalam laman Mayo Clinic, hipertiroidisme bisa disebabkan oleh beberapa faktor:

  • autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan hormon berlebihan;
  • toxic adenoma atau tumor jinak yang tumbuh di kelenjar tiroid;
  • penyakit plummer atau pembesaran kelenjar tiroid atau keberadaan benjolan asing yang mengganggu fungsi kelenjar tiroid;
  • radang tiroid atau tiroiditis yang biasanya membuat produksi hormon menjadi meningkat dari biasanya;
  • faktor genetik atau keturunan; dan
  • penyebab lain yang perlu observasi lebih lanjut, seperti kanker, tumor ganas, atau kondisi medis langka.

Nah, di sisi lain, penyebab umum yang membuat hormon tiroid kurang atau hilang dalam tubuh manusia:

  • pengangkatan organ kelenjar tiroid melalui bedah atau operasi;
  • pengobatan hipertiroidisme yang memiliki efek samping berkurangnya hormon tiroid dalam tubuh;
  • kekurangan yodium;
  • faktor genetik atau keturunan;
  • penyebab lain yang mengganggu kerja kelenjar tiroid, seperti virus, trauma pascapersalinan, dan sebagainya.

Perlu diperhatikan juga bahwa keduanya kerap dikaitkan dengan faktor genetik atau keturunan. Jika ada keluarga yang mengalami gangguan tiroid, mungkin keturunan atau saudaranya juga mengalami hal yang sama. Meski diwariskan, pola hidup tak sehat ternyata bisa menjadi faktor pencetus dari gangguan kelenjar tiroid.

4. Pengobatan hipertiroidisme dan hipotiroidisme

ilustrasi pengobatan kelenjar tiroid (pix4free.org/Nick Youngson)

Lalu, bagaimana cara menangani dan mengobati kedua penyakit tiroid ini? Selain obat medis macam beta blocker untuk penderita hipertiroidisme, cara paling efektif adalah dengan jalan operasi atau pengangkatan kelenjar tiroid. Hal ini biasanya dilakukan supaya pembengkakan kelenjar tidak mengarah ke keganasan atau kanker.

Setelah kelenjar tiroid diangkat, seseorang akan mengalami hipotiroidisme karena tak ada lagi penghasil hormon tiroid di tubuh. Solusinya adalah meminum obat tiroid seumur hidup. Namun, jangan khawatir, dengan kontrol dan cek ke dokter secara rutin, pengobatan ini relatif aman dan tanpa efek samping.

Obat yang dikonsumsi oleh penderita hipotiroidisme biasanya berupa hormon tiroid sintetis, seperti Levothyroxine. Wajib diingat bahwa mengonsumsi obat ini tidak boleh sembarangan dan harus sesuai petunjuk dokter. Sepengalaman penulis, harga obat untuk hipotiroidisme juga terbilang cukup murah dan bisa didapatkan dengan resep dokter.

Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), pilihan bedah atau pengangkatan kelenjar menjadi solusi terbaik ketika tak ada jalan lain untuk menghambat jumlah hormon tiroid dalam tubuh. Tindakan operasi juga menghindari risiko kambuh kembali. Hanya saja, setelahnya seseorang diwajibkan mengonsumsi obat tiroid seumur hidup.

5. Tetap jaga pola hidup sehat dan perhatikan pantangan dalam makanan

Menjaga pola hidup dan makanan sangat diperlukan bagi penderita kelenjar tiroid. (unsplash.com/Ello)

Apa pun kondisinya, kamu wajib menjaga pola hidup sehat. Nah, untuk penderita hipertiroidisme yang belum dioperasi, ada beberapa pantangan makanan. Hipertiroidisme disarankan untuk tidak mengonsumsi susu kedelai, makanan tinggi yodium, ikan asin, kerang, udang, kuning telur, makanan yang dibakar, rumput laut, soda, kafeina, dan sayuran bernitrat tinggi (bayam, selada, labu, timun, wortel, serta kubis).

Di sisi lain, seseorang yang mengidap hipotiroidisme juga tidak boleh sembarangan dalam mengonsumsi makanan. Kalau bisa, hindari makanan yang mengandung goitrogen, seperti lobak, brokoli, kubis, dan kacang tanah. Selain itu, hipotiroidisme juga disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi gluten, seperti gandum dan jelai.

Nah, kamu bisa mengunjungi https://www.medicinenet.com/what_foods_are_good_and_bad_for_hyperthyroidism/article.htm untuk mengetahui jenis makanan yang boleh dan tidak dikonsumsi oleh hipertiroidisme. Adapun, jenis makanan yang boleh dan tidak dikonsumsi bagi penderita hipotiroidisme bisa kamu lihat dalam https://www.healthline.com/nutrition/hypothyroidism-diet.

Dengan terapi, perawatan, pengobatan, dan pola hidup yang benar, hipertiroidisme dan hipotiroidisme bisa diatasi tanpa mengganggu kualitas hidup seseorang. Jika memang kamu memiliki gejala yang mirip, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk diambil langkah-langkah medis yang tepat, oke!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team